ZOMBIE-ANT FUNGI
Semut kecil itu pergi
meninggalkan koloninya, berjalan tertatih menuju dahan tumbuhan tanpa ia tahu
kenapa. Ia tidak mampu memegang kendali atas dirinya sendiri. Ia bahkan tidak
tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya. Semut kecil itu hidup,
tetapi mati. Perlahan namun pasti, akhirnya ia sampai. Tak lama setelahnya, ia
menggigit kuat permukaan daun yang ditumpanginya, layaknya zombie yang
menemukan mangsanya, hingga kemudian, ia benar-benar mati dan sesuatu yang
tidak biasa mulai muncul dari bagian belakang kepalanya.
Hi teman-teman! Bagaimana narasi diatas? Apakah kalian
tau apa yang sebenarnya terjadi pada semut kecil itu? Menapa ia pergi
meninggalkan koloninya? Menapa ia tidak mampu memegang kendali atas dirinya
sendiri? Sesuatu apa yang muncul dari bagian belakang kepalanya? Sssttt, aku
kasih bocoran, dia berubah menjadi zombie! Ingin tahu lebih lanjut? Simak
penjelasan di bawah ini ya!
THE KILLER FUNGUS
“The killer fungus” yang akan kita bahas dikenal dengan nama cordyceps. Namanya
berasal dari bahasa Yunani yang berarti club-head.
Ada sekitar 400 spesies yang masuk dalam family ini dan masing-masing
spesies memiliki target inangnya sendiri. Misalnya Ophiocordyceps sinensis (menginfeksi larva ulat) dan Ophicordyceps nutans (menginfeksi Hemiptera).
Fungi yang menginfeksi atau bersifat patogen terhadap serangga disebut dengan fungi
entomopatogen. Fungi ini
menginfeksi serangga inang melalui kutikula, saluran pencernaan dan spirakel
(Herdantiarni, 2014).
Salah satu fungi entomopatogen adalah Ophiocordyceps unilateralis. Fungi ini merupakan kelompok fungi Ascomycota
genus Ophiocordyceps. Ophiocordyceps
unilateralis dapat ditemui di
berbagai wilayah hutan hujan tropis sebagai patogen dari semut jenis Camponotus sp. (Araujo, 2018). Menurut
Hughes (2011), fungi jenis ini mampu menginfeksi semut inang kemudian perlahan
mengubah perilaku dari semut inang hingga akhirnya mengambil alih kendali atas
tubuh inangnya dan menggunakannya sebagai “alat” untuk kelangsungan hidupnya. Fungi
Ophiocordyceps unilateralis ini bereproduksi
secara aseksual. Setelah semut mati, maka hifa akan tumbuh menutupi tubuh semut
dan batang tubuh fungi akan tumbuh dari kepala bagian belakang semut yang
nantinya akan membentuk askus.
Reproduksi
aseksual, A. Panah besar menunjukkan
tempat tumbuhnya stroma, panah kecil menunjukkan askostromata muda. B-C. bagian apikal gambar A. D. Konidia
Fungi Ophiocordyceps unilateralis dapat ditemukan
di berbagai wilayah hutan hujan tropis dengan kelembaban 94-95% dan temperatur
antara 20-30°C. di Indonesia sendiri, spesies ini dapat ditemukan di hutan
Mandiangin Banjarbaru Kalimatan Selatan. Selain itu, fungi ini juga dapat
ditemukan di hutan hujan Thailand, Amerika Tengah, Afrika dan Brazil.
Persebaran Ophiocordyceps sp.
STRUKTUR
SEL
Bagian tubuh dari Ophiocordyceps unilateralis terdiri atas
hifa. Hifa fungi ini berbentuk tonjolan benang-benang tipis (secara kolektif disebut
miselia) yang dispesialisasikan untuk mencari makanan di lingkungan yang baru dan
menginvasi jaringan inang (Kirk, 2008). Hifa fungi Ophiocordyceps
unilateralis mampu tumbuh menjalar hingga
bagian kaki semut inang. Badan
hifa Ophiocordyceps unilateralis,
tumbuh di dalam tubuh semut dan melakukan pembelahan dengan cara budding (Prasertphon, 1968).
Skema hifa fungi
pada jaringan otot semut Camponotus sp.
(Sumber :
www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.1711673114)
Askus yang telah masak
mengeluarkan askospora. Spora ini dapat menginfeksi semut Camponotus sp. melalui eksoskeleton maupun sistem pernafasan.
Setelah berhasil masuk, spora tersebut menyebar ke seluruh organ dan otot
semut. Setelah fungi tersebut berkoloni di dalam tubuh semut, mereka mulai
mengeluarkan racun saraf yang akan mengubah perilaku semut.
Racun tersebut dapat
menyebabkan si semut kejang dan keluar dari jalur jejak pencarian makan si
semut. Pada saat itulah Ophiocordyceps
unilateralis mengambil alih tubuh semut, membawa semut keluar dari
koloninya dan menuju ke tempat yang optimal bagi pertumbuhan fungi. Biasanya Ophiocordyceps unilateralis membawa
semut ke atas dahan pohon. Karena kondisi tempat yang cukup tinggi, Ophiocordyceps unilateralis membuat
semut menggigit daun hingga menancap ke bagian berkas pembuluh agar semut tetap
berada pada tempatnya (Hughes, 2011). Setelah itu racun dari fungi membuat mandibula
semut menutup. Koneksi sarkomer dalam serat otot pun mulai hancur dan
mitokondria berkurang. Kurangnya mitokondria menyebabkan jumlah energi otot
mandibular menurun dan menghilangkan kemampuan serat otot untuk rileks dan
berkontraksi. Akibatnya, otot menjadi kaku dan keras sehingga semut tetap
berada pada tempatnya. Peristiwa tersebut dinamakan oleh peneliti sebagai “the
death grip”. Menurut Hughes (2009), dalam 24 jam pertama setelah kematian
semut, hifa mulai tumbuh di sejumlah daerah pada tubuh semut. Dalam 2 hari,
dari daerah belakang kepala semut, stroma mulai tumbuh dan berkembang hingga
menghasilkan askosprora. Lama waktu yang diperlukan untuk satu kali siklus
infeksi adalah sekitar tiga bulan. Saat askosprora sudah masak, siklus hidup
fungi ini dimulai kembali.
Skema tempat tumbuhnya stroma
“The Death Grip”
Fosil “The Death Grip”
Lalu
apa manfaat dari Ophiocordyceps
unilateralis?
Menurut Isaka (2005) dan Wang (2013), Ophiocordyceps unilateralis dapat
digunakan sebagai pewarna makanan. Hal ini karena Ophiocordyceps unilateralis memproduksi naphthoquinone yang bila
dalam kondisi asam akan berwarna merah dan bila dalam kondisi basa akan
berwarna ungu. Warna-warna itu stabil dalam kondisi asam maupun basa, berwarna
cerah dan non-sitotoksik bagi manusia.
Jadi bagaimana teman-teman? Apa sekarang
kalian sudah paham kenapa semut kecil itu berubah menjadi zombie?
Hihiii,
semoga artikel ini bermanfaat ya untuk kalian, terima kasih sudah menyempatkan
waktu untuk membaca, tetap jaga kesehatan yaa, sampai jumpa J
DAFTAR PUSTAKA
Araújo JPM, Kepler
R, Evans HC, et al. (2018). Zombie-ant fungus across continents: 14 new species
and new combinations within Ophiocordyceps. I. Myrmecophilous hirsutelloid
species. Studies in Mycology 90: in press.
Herdatiarni F,
Himawan T, Rachmawati R. 2014 – Eksplorasi jamur Entomopatogen Beauveria
sp.Menggunakan Serangga Umpan Pada Komoditas Jagung, Tomat Dan Wortel Organik
Di Batu, Malang. Jurnal HPT 3, 1–10.
Hughes, David P.,
et al. The Life Of A Dead Ant: The Expression Of An Adaptive Extended
Phenotype. The American Naturalist 174.3, 2009: 424-433. JSTOR Life Sciences.
Hughes DP, et al.
(2011) Behavioral mechanisms and morphological symptoms of zombie ants dying
from fungal infection. BMC Ecol 11:13.
Isaka M, Kittakoop P, Kirtikara K,
Hywel-Jones NL, Thebtaranonth Y (2005). "Bioactive substances from insect
pathogenic fungi". Acc. Chem. Res. 38
(10): 813–23. doi:10.1021/ar040247r.
PMID 16231877
Kirk P, Cannon P,
Minter D, Stalpers J (2008) Ainsworth & Bisby’s Dictionary of the Fungi
(CAB International, Wallingford, UK), 10th Ed.
Prasertphon S,
Tanada Y (1968) Formation and circulation, in Galleria, of hyphal bodies of
entomophthoraceous fungi. J Invertebr Pathol 11:260–280.
Wang, Enlai DA, Zhong JI (2013).
"A Retrospective Analysis of Cordyceps Anti-Tuberculosis Capsule Combined
with Chemotherapy for 614 Cases of Secondary Tuberculosis". Journal of
Traditional Chinese Medicine. 15.
Sumber
gambar
http://fuse-journal.org/ diakses pada Rabu, 18 Maret 2020 pukul
08.13
https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0017024 diakses pada Selasa, 17 Maret 2020 pukul
20.27
https://royalsocietypublishing.org/doi/full/10.1098/rsbl.2010.0521 diakses pada Jumat, 20 Maret 2020 pukul
09.04
www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.1711673114 diakses pada Rabu, 18 Maret 2020 pukul
08.32
https://www.youtube.com/watch?v=3n4kt-hOpzc&feature=youtu.be diakses pada Selasa, 17 Maret 2020 pukul
23.37
Eva
Rosanti /Biologi
E 2018
assallmuallaikum. mau nanya dong min, sangat menarik pembahsan nya, jamur ini apakah hanya dapat menginfeksi semut spesies Camponotus sp. atau jenis lain ,dan apakah dapat juga berpotensi menginfeksi organisme lain, selain semut.? makasih:)
BalasHapusWa'alaikumsalam, terima kasih atas pertanyaannya
HapusSejauh yang saya tahu, jamur jenis ini hanya hanya menginfeksi semut jenis Camponotus sp. dan Polyrhachis sp.
Bahkan dalam jurnal yang diterbitkan oleh The Royal Society, jamur Ophiocordiceps unilateralis yang ditemukan di Thailand bagian Tengga 97% menginfeksi satu jenis semut saja, yaitu Camponotus leonardi
Untuk pertanyaan kedua, jamur ini tidak berpotensi menginfeksi serangga selain semut. Untuk organisme lain sudah berbeda jenis jamur yang menginfeksi, misalnya Ophiocordyceps sinensis yang menyerang larva ngengat dan Ophiocordyceps ignota yang menyerang laba-laba
apakah penyakit yang disebabkan jamur ini bisa menyerang serangga lain? thanks
BalasHapusJamur ini tidak menyerang serangga lain selain semut, tetapi jamur Ophiocordyceps lain dapat menyerang serangga lain, misalnya Ophiocordyceps ignota yang menyerang laba-laba
Hapus