Hobi makan?! Eiittsss tunggu duluu....
yuk kenali lebih dalam ada apa pada makanannya.
Pada umumnya, jamur tumbuh dengan
baik di tempat yang lembab. Tetapi jamur juga dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, sehingga jamur dapat di temukan di semua tempat di
seluruh dunia termasuk di gurun pasir yang panas (Gandahusada, et. all, 1998).
Jamur
sudah di konsumsi orang sejak dahulu sebagai bahan makanan sehari-hari yang
lezat dan bergizi. Dibandingkan dengan beras dan gandum, jamur berkadar protein
lebih tinggi. Asam amino esensial yang ada pada jamur terdiri dari sembilan
dari 20 jenis protein yang kita kenal yaitu Lysine, methionin, tryphtopan,
theonin, valin, leusin, soleusin, histidin, dan feni-lanin (Malang, 2011).
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi
manusia, juga merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme terutama jamur. Jenis jamur
yang sering mengkontaminasi makanan dan biasa di temukan di udara antara lain
Aspergillus sp. Aspergillus sp yaitu jenis jamur
multiseluler yang bersifat opportunistic. Jamur ini tersebar luar di alam dan
kebanyakan spesies ( Aspergillus
flavus, Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, Aspergillus terreus,
Aspergillus fumigatus) ini sering menyebabkan kerusakan makanan
karena menghasilkan zat-zat racun yang di kenal sebagai aflatoksin. Aflatoksin
dapat menyebabkan kanker dan menurunkan imunitas (Sardjono, 1998).
Jamur Aspergillus flavus adalah
jamur yang bersifat safrofit yang dapat di jumpai dimana saja, di tanah, di
udara bebas dan pada bahan-bahan makanan seperti kacang tanah. Kacang tanah
merupakan salah satu substrat yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan
berbagai kapang atau jamur yaitu Aspergillus
flavus (Bahri, 2001).Untuk lebih jelas
lihat gambar dibawah ini.
Menurut
Samson and Pitt (2000), klasifikasi Aspergillus flavus adalah sebagai
berikut:
Phylum : Ascomycota
Class
: Eurotiomycetes
Ordo
: Eurotiales
Famili
: Trichocomaceae
Genus
: Aspergillus
Spesies
: Aspergillus flavus
Aspergillus
flavus memiliki ciri-ciri yaitu, koloni berwarna hijau
kekuningan atau kuning kecoklatan dengan dengan bentuk koloni granular dan
kompak pada isolate murni dalam media SDA (Elmer et all ,1978). Secara
mikroskopis Aspergillus flavus memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki
konidiofor, vesikel berbentuk bulat, phialids berada di atas vesikel dan
memiliki konidia yang bulat, halus atau
kasar ( Koneman et al,1992). Jamur ini dapat menghasilkan toksin
alfatoksin B1 dan B2 yang dapat menyebabkan hepatoksin,karsinogenik ,mutagenik (Asrul,2009:17).
Menurut
Kusumaningrum (2010), aflatoksin dapat mengakibatkan keracunan dengan gejala
mual dan muntah, dan bila berlangsung lama penyakit yang timbul adalah kanker
hati dan berakibat meninggal dunia dan apabila seseorang mengkonsumsi bahan
pangan yang terkontaminasi aflatoksin konsentrasi rendah secara terusmenerus,
maka hal itu dapat merusak hati serta menurunkan sistem kekebalan pada tubuh.
Reproduksi
Aspergillus flavus Reproduksi secara
aseksual yang dilakukan dengan dua cara, yaitu fragmentasi hifa dan pembentukan
spora aseksual konidiospora. Hifa dewasa yang terputus akan tumbuh menjadi
sebuah hifa jamur baru. Hifa haploid (n) yang sudah dewasa akan menghasilkan
konidiofor (tangkai konidia). Pada ujung dari konidiofor akan terbentuk spora
yang diterbangkan angin yang disebut dengan konidia. Konidia memiliki jumlah
kromosom yang haploid (n). Konidia pada jamur Ascomycota berwarna-warni, antara
lain berwarna oranye, hitam, biru atau kecokelatan. Jika kondisi lingkungan
menguntungkan, maka konidia akan berkecambah menjadi hifa yang haploid. Hifa
akan bercabang-cabang dengan membentuk miselium yang berkromosom haploid (n).
DAFTAR
PUSTAKA
Asrul.2009.
Populasi Jamur Mikotoksigenik dan kandungan Aflotoksin Pada Beberapa Contoh Biji Kakao (Theobroma Cacao L.) Asal Sulawesi
Tengah. Sulawesi Tengah.Vol. 16 . hal. 258-267.
Bahri. 2001. Mewaspadai
Cemaran Mikotoksin pada Bahan Pangan, Pakan dan Produk Peternakan di Indonesia.
Jurnal Litbang Pertanian : 20(2)=55-64.
Elmer, W.K., Glenn, D.R., and Sara, E.W. 1978. Practical Laboratory Mycologi 2nd Edition.
The Williams and wilkins co. United States of Amerika. 7-96p
Gandahusada,dkk. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. FKUI. Jakarta.
Koneman, E. M., S. D. Allen., W. M. Janda., P. C.
Schreckenberger., and W. C.Winn. 1992. Color
Atlas and Text of Diagnostic Mikrobiology. 4th Edition. United States of
America. J.B. Lippincott Company. pp 804
Kusumaningrum, H.D, dkk.2010.Cemaran Aspergillus flavus dan aflatoksin
pada rantai distribusi pangan berbasis jagung dan factor yang mempengaruhinya.
J. Teknol. Dan Industri Pangan. Vol XXI No. 2
Samsons,
A.R, & Pitt. J.I.2000.Integration of
Modern Taxanomi Methods for Penicillium and Aspergillus Classification.North
Ryde: Harwood Academic Publisher.
Sardjono.
1998. Pencemaran Pangan oleh Jamur,
Potensi Bahaya dan Pencegahannya. Agritech. 18:2: 23 – 27.
https://docplayer.info/62589652-Tugas-mikologi-jamur-penyebab-kanker-hati-aspergillus-flavus.html
(Diakses paada 19 maret 2020 ,18.27 WIB)
Sulistiyani Dian Istiningrum / 18308144039 / Biologi E 2018.
Bagus artikelnya, sangat memberi informasi.
BalasHapusSemangats ya buat artikel" selanjutnya ��
informasinya bagus, bahasanya mudah dipahami..👍
BalasHapusgood job sis..,artikelnya bagus mudah dipahami..,
BalasHapus