Pernah
dengar Biofungisida? Terbuat dari apa sih? Yuk, ketahui tentang Trichoderma harzianum, jamur yang bisa digunakan
sebagai bahan biofungisida.
Sebagian
dari kita pasti pernah dengar biofungsida, kan? Terutama dalam dunia pertanian,
pasti tidak asing dengan biofungisida. Tapi, sebenarnya dari apa sih
biofungisida itu? Ternyata ada lho jamur yang bias digunakan sebagai bahan
biofungisida.. Jamur apakah itu? Yuk kita bahas lebih lanjut!
Biofungisida adalah produk hayati
yang digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi
(cendawan). Atau dengan kata lain, biofungisida adalah pestisida dari organisme
tertentu yang digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur
pada tanaman (Suwahyono, 2013).
Terdapat
dua kelompok biofungisida yaitu fungisida nabati (berasal dari tumbuh-tumbuhan)
dan fungisida hayati (berasal dari mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan
cendawan) yang memiliki kemampuan menekan atau mengendalikan mikroba lain yang
merupakan patogen tanaman (Soesanto, 2008).
Penggunaan
biofungisida tentunya lebih aman daripada pestisida kimia dalam menghambat
pertumbuhan jamur patogen (perusak) pada tanaman, karena terbuat dari bahan
yang alami. Iya, kan? Hehe..
Nah,
salah satu jamur yang bisa sebagai bahan biofungisida adalah Trichoderma harzianum. Kok bisa jamur Trichoderma harzianum dapat menghambat pertumbuhan jamur pathogen pada
tanaman? Tapi sebelumnya, mari kita ketahui dulu dengan jamur ini.
Trichoderma harzianum
Gambar 1.
Trichoderma harzianum
Kingdom : Mycetaceae
Divisi :
Amastigomycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliceae
Genus : Trichoderma
Spesies : Trichoderma harzianum (Semangun, 1996).
Trichoderma harzianum umumnya penghuni
tanah, khususnya tanah organik. Jamur ini dapat hidup sebagai saprofitik atau parasite
terhadap jamur lain, bersifat antagonistik dan banyak digunakan sebagai
pengendalian biologi (Tindaon, 2008).
Pada tingkat
mikroskopik, konidiofor tegak, bercabang, tidak verticill dan dapat kelompok
ataupun soliter. Fialida pendek, tebal dibagian tengah dan menipis di bagian
puncak, dapat tunggal atau berkelompok. Konidia berbentuk oval. (Gusnawaty HS,
2014)
Gambar
2. Morfologi mikroskopis Trichoderma
harzianum.
1.
Konidiofor 3. Fialid
2.
Cabang konidiofor 4.
Konidia
Pada
tingkat makroskopik, koloni mudah dikenali dengan warna putih-hijau atau
kuning-hijau. Selain itu, cincin konsentris diamati di daerah dengan konidia;
dan tidak seperti koloni, warnanya kuning, kuning atau kehijauan.
Gambar
3. Morfologi makroskopis Trichoderma
harzianum.
Trichoderma harzianum umumnya ditemukan
di daerah yang ber iklim panas. Jamur ini
tumbuh optimal pada suhu 15℃-30℃, namun pertumbuhan terbaik rata-rata pada
suhu 30℃, dengan suhu maksimal 36℃ dan dengan pH 3,7-4,7 (Gandjar dkk, 1999
dalam Tindaon, 2008).
Reproduksi
seksual jamur ini belum diketahui. Namun reproduksi secara aseksual jamur ini,
dimulai ketika organisme tumbuh dan bercabang sebagai hifa jamur dengan
diameter 5-10 mikron. Sporulasi aseksual dimulai ketika spora berdiameter 3-5
mikron dilepaskan dalam jumlah besar. Demikian juga, klamidospora diselingi
secara individual, meskipun kadang-kadang dua atau lebih klamidospora yang
menyatu diamati (Gandjar dkk, 1999 dalam Tindaon, 2008).
Trichoderma harzianum merupakan kelompok jamur yang paling sering
digunakan dalam pengendalian hayati, karena memiliki beberapa keunggulan
komparatif dibandingkan organisme lain. Jamur ini dapat bersifat antagonis
terhadap banyak jamur patogen karena mempunyai banyak cara untuk menghambat pertumbuhan
jamur patogen (Gandjar dkk, 1999 dalam Tindaon, 2008).
Mekanisme
antagonis jamur Trichoderma harzianum.
Ada beberapa
menkanisme antagonis jamur Trichoderma
harzianum terhadap patogen tular tanah yaitu sebagai kompetitor ruang (kompetisi
tempat tumbuh) dan nutrisi, antibiosis, dan parasitisme (Baker dan Cook, 1982).
Dengan mekanisme
antagonis nutrisi Trichoderma harzianum
berhasil mengendalikan Fusarium oxysporum
dengan cara mengkoloni rizosfer dan mengambil nutrisi lebih banyak (Grosclaude
et al, 1973).
Dengan mekanisme
antagonis antibiosis Trichoderma
harzianum mendegradasi dinding sel jamur patogen. Jika hifa Trichoderma harzianum melakukan
penetrasi ke dalam dinding sel inang tersebut dengan bantuan enzim pendegradasi
dinding sel seperti kitinase, glukanase, dan protease, serta menggunakan isi
hifa inangnya sebagai sumber makanan, maka hifa inang mengalami vakoulasi,
lisis dan akhirnya hancur. Hal ini disebabkan karena jamur ini menghasilkan sejumlah
enzim ekstraseluler β (1,3) glukonase dan kitinase yang dapat melarutkan
dinding sel inang (Howell, 2003).
Dengan mekanisme
parasitisme Baker dan Cook (1982) melaporkan bahwa Trichoderma harzianum bertindak sebagai mikoparasit terhadap jamur R. solani dan S. rolfsii dengan menghasilkan enzim ß-(1,3) glukanase dan
kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inang.
Gambar
4. Mekanisme antagonis mikoparasit Trichoderma
sp. terhadap jamur patogen S. rolfsii.
a.
Hifa Trichoderma
sp.
b.
Hifa jamur patogen S.
rolfsii
c.
Pertemuan hifa Trichoderma
sp. dengan hifa S. rolfsii.
Gambar
5. Mekanisme antagonis mikoparasit Trichoderma
sp. terhadap jamur patogen R. solani
(Howell,
2005)
Beberapa
jamur fitopatogen penting yang dapat dikendalikan oleh Trichoderma sp antara lain: R. solani, Fusarium sp, Lentinus lepidus, Phytium sp.,
dan S. rolfsii yang menyerang tanaman jagung,
kedelai, kentang, tomat, dan kacang buncis, kubis, kapas, kacang tanah, pohon
buah-buahan, semak dan tanaman hias (Wahyudi, 2002 dalam Tindaon, 2008).
Nah,
karena jamur Trichoderma harzianum memiliki
sifat antagonis terhadap jamur patogen sehingga menghambat pertumbuhannya, maka
jamur ini banyak digunakan untuk pengendalian hayati, salah satunya dalam
bentuk biofungisida. Beberapa penelitian juga sudah membuktikan bahwa Trichoderma harzianum dapat
mengendalikan Fusarium sp penyebab
penyakit rebah semai pada bibit tanaman caisim, dapat mengendalikan penyakit
layu (Fusarium sp) pada bawang merah,
dapat mengendalikan rebah kecambah (S.
rolfsii) pada tanaman tomat, dan masih banyak lagi.
Dengan begitu,
jamur Trichoderma harzianum bisa jadi
sahabat para petani, karena dapat digunakan sebagai bahan biofungisida yang pastinya
lebih aman digunakan daripada pestisida kimia. Jika kita bertemu petani tidak
ada salahnya berbagi informasi tentang biopestisida ini, agar kembali menggunakan
yang dari alam, salah satunya biofungisida.
Daftar Pustaka:
Baker, K. F. dan R.
J. Cook. 1982. Biological control of
plant pathogens. The American Phytopathology Society. Minnessota Fravel.
Grosclaude, C., J. L.
Ricard, and B. Dubos. 1973. Inoculation
of Trichoderma viride Spores via
Pruning Shears for Biological Control of Stereum Purpureum on Plum Tree Wounds.
Plant Dis. Rep. 57: 25–28.
Howell, C. R. 2003.
Mechanisms Employed by Trichoderma Species
In The Biological
Control of Plant Diseases: The History and Evolution of Current Concepts. Plant Disease 87 (1) : 4- 10.
Howell, C. R. 2005.
The role of antibiosis in biocontrol.
In Harman, G. E. and C. P. Kubicek (Eds).
Trichoderma and Gliocladium Enzymes
Biological Control and
Commercial Applications Vol 2. Taylor and Francis, London.
Hs,
Gusnawati., Muhammad Taufik, Leni Triana, dan Asniah. 2014.
Karakterisasi Morfologis Trichoderma sp. indigenus Sulawesi Tenggara. Jurnal Agroteknos
4(2):97-93.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta.
Gajah Mada University Press.
Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit
Tanaman. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Suwahyono, U. 2013.
Membuat Biopestisida. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Tindaon H. 2008. Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma
harzianum dan Pupuk Organik Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah
Sclerotium roflsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glicine max L.) di Rumah Kasa. http://repository.usu.ac.id.pdf. diakses
pada 19 Maret 22.38 WIB.
https://www.generasibiologi.com/2018/04/trichoderma-harzianum-sebagai-fungisida.html diakses pada 19 Maret 2020 pukul 22.11 WIB.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/download/10210/6509
diunduh pada 19 Maret 2020 pukul 22.50 WIB.
https://drfungus.org/ diakses pada 19 Maret
2020 pukul 22.52 WIB.
Robertus Kristian Wardana/18308141017/Biologi B
manngat tian
BalasHapusMantapp mas tiann
BalasHapus