Si Jarum (jamur rumen) : Neocallimastix frontalis
Hai sobat jejamuran, akhir-akhir ini
kita dikagetkan dengan munculnya entitas ciptaan Tuhan yang tidak lebih besar
dari semut namun mampu menguncangkan seluruh isi dunia. Benar, dialah si
malapetaka dari Wuhan, Miss coRona atau lebih bekennya dikenal dengan
19-nCoV, yang bertanggungjawab lebih dari 3000 kasus kematian akibat Covid-19
(penyakit yang disebabkan oleh corona) di China (cnnindonesia.com). Kini tak
hanya di Wuhan, si Miss coRona sudah mulai bermigrasi ke negara-negara lain,
baik di Asia maupun Eropa. Mencuatnya wabah akibat Miss coRona ini
menyebabkan banyak pasang mata di dunia yang dulu acuh dengan entitas berukuran
mikro kini mulai padu dan padan mempelajarinya.
Miss coRona merupakan salah
satu contoh kecil dari entitas berukuran mikro yang memiliki dampak negatif
terhadap manusia. Beralih ngomongin fungi, sebenarnya tidak hanya ada fungi
yang berdampak negatif saja, namun juga banyak fungi berukuran mikro yang berpotensi
bermanfaat bagi manusia, contohnya seperti spesies dari filum Neocallimastigomycota
satu ini. Eitss, mesti masih banyak dari kalian yang asing mendengar nama filum ini. Yap memang benar, Neocallimastigomycota merupakan anggota kingdom fungi
paling muda sehingga masih jarang orang yang membahas maupun mengkaji filum ini
lebih dalam. Neocallimastigomycota sendiri awalnya masuk kedalam filum
Chytridiomycota namun dengan beriringnya waktu, para peneliti mulai menyadari
perbedaan dari dua filum tersebut sehingga pada akhirnya memisahkan keduanya
(Heath et al., 1983).
Meskipun kurang terkenal, beberapa
spesies dari filum Neocallimastigomycota memiliki potensi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia, salah satunya adalah Neocallimastix frontalis. Mengapa disebut berpotensi, karena N. frontalis merupakan fungi yang
mencerna serat-serat seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Dimana enzim
selulotik yang dihasilakan oleh si doi dapat dimanfaatkan dalam industri
tekstil, kimia, kertas, dan bahan pangan. Selain itu enzim selulotik juga dapat
dimanfaatkan dalam proses fermentasi biomassa yang mengandung selulosa menjadi
biofuel seperti bioetanol (Wang et al.,
2011).
N. frontalis merupakan
fungi uniseluler bersifat anaerob (tidak membutuhkan O2) yang hidup bersimbiosis
di rumen hewan ruminansia.
“Loh fungi kok anaerob?!”
Emmm
begini sobat, khusus untuk anggota dari filum Neocallimastigomycota merupakan
fungi anaerobik yang telah beradaptasi dengan lingkunganya yang tidak terdapat
O2, oleh karena hal itu filum ini juga dikenal dengan nama Anaerobic
Fungi (Gruninger, 2014).
Oke next, ngomongin tentang Neocallimastix,
sebelumnya zoospora dari genus ini diklasifikasikan sebagai protozoa penghuni
rumen domba (Liebetanz, 1910), namun penelitian yang dilakukan Orpin (1975)
membuktikan bahwa yang dianggap sebagai protozoa berflagella tersebut merupakan
zoospora dari genus Neocallimastix. Mengenai N. frontalis, secara ilmiah doi dikasifikasikan sebegai berikut:
Kerajaan : Fungi
Filum :
Neocallimastigomycota
Kelas : Neocallimastigomycetes
Ordo : Neocallimastigales
Famili : Neocallimastigaceae
Genus : Neocallimastix
Spesies : N. frontalis (Gruninger, 2014)
Secara garis besar si doi memiliki dua bentuk yang berbeda yaitu saat dewasa dan juga saat masih bayi a.k.a zoospora. Bentuknya saat dewasa kurang lebih seperti ini :
Gambar diatas merupakan N. frontalis mature yang dicitrakan
menggunakan mikroskop oleh Orpin (1975). Untuk bagian yang telah diberi
lingkaran merah tersebut disebut thallus, thallus ini ibaratnya seperti tubuhnya
sedangkan struktur yang menyerupai hifa yang menjulur ke segala arah tersebut
disebut dengan rhizoid.
“Fun Fact : beberapa
genus dari filum Neocallimastigomycota ada yang memiliki thallus lebih dari
satu dalam satu individu yang disebut thallus polysentric seperti pada genus
Orpinomyces, Anaerorhizoimyces, dan Cyllamyces (Gruninger
et al., 2014)”
Thallus pada N. frontalis sendiri hanya ada satu (monosentrik), bagian luar thallus terdapat dinding sel yang tersusun atas kitin sedangkan didalam thallus terdapat inti sel dan berbagai macam organel lainnya. Salah satu hal yang unik sebagai bentuk adaptasi fungi ini terhadap lingkungannya adalah absennya mitokondria. Namun sebagai gantinya terdapat organel yang menyerupai mitokondria yang disebut dengan hidrogenosom. Layaknya mitokondria, hidrogenosom pada N. frontalis berfungsi sebagai the powerhouses yang berfungsi untuk menghasilkan energi dalam ATP namun hanya saja disini O2 tidak diperlukan (van der Giezen, 2002).
Berikutnya
adalah struktur yang disebut rhizoid, rhizoid sendiri sebenarnya merupakan
struktur menyerupai hifa atau dapat disebut juga sebagai pseudohifa, namun para
peneliti lebih suka menyebutnya sebagai rhizoid karena bentuknya yang
menyerupai sistem perakaran tumbuhan. Fungsi dari rhizoid itu sendiri adalah
untuk penempel dan menyerapan nutrisi pada substratnya. N. frontalis hidup dengan mencerna lignoselulosa yang berasal dari
makan hewan ruminansia, semakin banyak material lignoselulosa yang ada, maka
akan semakin banyak rhizoid yang akan menginvansi di tempat tersebut, oleh
karena itu jumlah dari rhizoid yang berkembang salah satunya dipengaruhi oleh
ketersediaan nutrisi pada substrat tersebut (Gruninger, 2014).
Zoospora merupakan hasil
perkembangbiakan aseksual N. frontalis.
Pada dasarnya terdapat dua bagian pada zoospora yaitu bagian kepala dan flagella.
Dalam kepala zoospora terdapat materi genetik serta berbagai macam organel.
Sedangkan yang menjulur panjang merupakan flagella. Jumlah flagella pada
zoospora N. frontalis sendiri
berjumlah 8-17 flagella atau polyflagellate
(Lowe et al., 1987).
Beralih
ngomongin cara reproduksinya, hingga saat ini para peneliti belum mengetahui
reproduksi seksualnya. Oleh karena itu sobat, disini saya hanya akan
menjelaskan mengenai cara reproduksi aseksualnya saja (Heath et al., 1986). Sebelumnya mari kita
cermati gambar 1-6 berikut ini:
“Okay sudah? Kalo begitu mari saya jelaskan”
Mula-mula
thallus akan berkembang menjadi sporangium, selain itu nukleus akan mengalami
sitokinesis membentuk uninukleat yang nantinya akan menjadi cikal bakal zoospora
itu sendiri. Pada N. frontalis yang
bersifat monosentrik, nukleus akan menetap pada sporangium, sehingga seiring
dengan berjalannya waktu sporangium akan mengalami perbesaran karena uninukleat
yang berada didalam sporangium terus berkembang hingga menjadi zoospora.
Kemudian karena adanya induksi berupa material tumbuhan yang dircerna, zoospora
akan berdiferensiasi membentuk flagella hingga akhirnya zoospora tersebut
memenuhi seluruh ruang pada sporangium (Orpin & Bountiff, 1978). Tekanan
pada dinding sporangium mengakibatkan pecahnya sporangium dan keluarnya
zoospora. Zoospora yang keluar kemudian akan bergerak menggunakan flagellanya
dengan cara kemotaksis menuju material tumbuhan yang larut pada rumen sebagai
arah rangsangannya. Setelah menemukan material tumbuhan, kemudian zoospora akan
melekat dan membentuk semacam kista pada permukaan material tumbuhan tersebut, pada
tahap ini flagella mulai mereduksi hingga pada akhirnya tidak ada. Berikutnya
zoospora akan berkecambah menembus permukaan substrat menggunakan rhizoidnya.
Semakin lama maka rhizoid yang berkembang juga semakin banyak sebagai upaya
untuk memperbesar area penyerapan nutrisi. Hingga akhirnya zoospora tersebut
berkembang menjadi N. frontalis dewasa
yang kemudian akan memulai siklus dari awal lagi.
Untuk gambaran singkat secara mikroskopiknya kurang lebih seperti ini (Orpin, 1975):
Untuk persebaranya, N. frontalis dapat ditemukan pada rumen
hewan ruminansia seperti kambing, domba, dan sapi (Wubah, 2004).
Pada
tahun 1988, Fonty dan koleganya melakukan penelitian mengenai cara N. frontalis dapat masuk kedalam rumen
domba dengan memisahkan 2 anak domba dari induknya dengan perlakuan yang
berbeda. Hasilnya menunjukkan anak domba yang berusia 2 minggu yang dipisahkan
dari induk serta domba lainya terdeteksi terdapat N. frontalis di dalam rumenya. Hal ini menunjukkan bahwa kontak
dengan induk bukan merupakan satu-satunya cara N. frontalis dapat masuk ke dalam rumen domba. Sedangkan anak domba
lainnya yang dipisahkan dengan induknya dan ditempatkan pada tempat yang
aseptik tidak ditemukan N. frontalis
dalam periode yang sama. Isolasi pada saliva dan fases menunjukkan keberadaan
zoospora di dalamnya, hal tersebut membuktikan bahwa keduanya dapat berpotensi sebagai
agen transfer dari domba satu ke domba lainnya (Lowe et al., 1987). Untuk persebaran geografinya N. frontalis dapat ditemukan pada hewan ruminansia di Australia,
Kanada, Prancis, Indonesia, Jepang, Malaysia, Belanda, Selandia Baru, Norwegia,
Rusia, dan Amerika Serikat (Wubah, 2004).
Peta persebaran geografis N. frontalis
Mungkin
cukup sekian yang bisa saya sampaikan sobat, semoga informasi ini dapat
menambah pengetahuan perjamuran sobat jejamuran sekalian. Mohon maaf atas
kesalahan dan keterbatasan dalam penulisan artikel ini. Sampai jumpa & terima
kasih.
Titan Dwikama Putra/18308141014/Biologi B
2018
Daftar Pustaka
Fonty,
G. and Gouet, Ph. (1988) Degradation and Fermentation of Cellulose by Neocallimastix sp. in the
rumen. Reprod, Nutr. Develop., 28(suppl. 1). 75-6.
Gruninger,
R. J., Puniya, A. K., Callaghan, T. M., Edwards, J. E., Youssef, N., Dagar, S.
S., Elshahed, M. S. (2014) Anaerobic fungi (phylumNeocallimastigomycota):
advances in understanding their taxonomy, life cycle, ecology, role and
biotechnological potential. FEMS Microbiology Ecology, 90(1), 1–17.
Heath
IB, Bauchop T & Skipp RA (1983) Assignment of the rumen anaerobe
Neocallimastix frontalis to the Spizellomycetales (Chytridiomycetes) on the
basis of its polyflagellate zoospore
ultrastructure. Can J Bot 61: 295–307.
Heath
IB, Kaminskyj SG & Bauchop T (1986) Basal body loss during fungal zoospore encystment:
evidence against centriole autonomy. J Cell Sci 83: 135–140.
Lowe
SE, Theodorou MK & Trinci APJ (1987) Isolation of anaerobic fungi from
saliva and faeces of sheep. J Gen Microbiol 133: 1829–1834.
Orpin
CG (1975) Studies on the rumen flagellate Neocallimastix frontalis. J Gen
Microbiol 91: 249–262.
Orpin
CG & Bountiff L (1978) Zoospore chemotaxis in the rumen phycomycete Neocallimastix
frontalis. J Gen Microbiol 104: 113–122.
Tachezy,
J. (Ed.). (2019) Hydrogenosomes and Mitosomes: Mitochondria of Anaerobic Eukaryotes.
Microbiology Monographs.
Van
der Giezen M (2002) Strange fungi with even stranger insides. Mycologist 16:
129–131.
Wang
TY, Chen HL, Lu MY et al. (2011) Functional characterization of cellulases
identified from the cow rumen fungus Neocallimastix patriciarum W5 by
transcriptomic and secretomic
analyses. Biotechnol Biofuels 4: 24.
Wubah,
D. A. (2004). Anaerobic Zoosporic Fungi Associated With Animals. Biodiversity
of Fungi,
501–510 .
cnnindonesia.com
diakses pada 20 Maret 2020 pukul 07.00 WIB.







Komentar
Posting Komentar