
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2F8villages.com
Salah satu masalah terbesar dalam pertanian
adalah hama. Biasanya, masalah ini diatasi petani dengan mengaplikasikan
pestisida pada tanaman. Tujuannya memang untuk membunuh hama. Akan tetapi, pada
kenyataannya, seringnya penggunaan pestisida justru meningkatkan populasi
hama. Hal ini terjadi karena penggunaan pestisida yang kurang tepat dan
bijaksana, kurangnya pengetahuan petani mengenai perhitungan pestisida
yang digunakan untuk membasmi hama tanaman.
Uret sendiri merupakan salah satu hama yang
banyak ditemukan pada tanaman perkebunan. Meskipun demikian, tak jarang uret
ditemukan pada lahan tanaman pangan dan hortikultura. Pengendalian uret
umumnya cukup sulit karena sebagian besar hidupnya ada di dalam tanah. Sejauh
ini, pelaku budidaya pertanian/perkebunan cenderung menggunakan insektisida
kimia untuk mengendalikan uret. Namun penggunaan pestisida seperti ini untuk
jangka panjang tentu tidak ramah lingkungan.
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Filmubudidaya.com
Untuk itu, selain pestisida ada salah satu solusi lain
untuk mengendalikan hama yaitu dengan menggunakan jamur Metarhizium
anisopliae. Sebetulnya,
jamur ini sudah ada secara alami di
dalam tanah. Dalam kondisi tertentu, apabila terjadi kontak dengan serangga,
maka jamur ini dapat menginfeksi dan berkembang pada tubuh serangga. Sebelum
membahas lebih lanjut mengenai pemanfaatan Metarhizium anisopliae dalam
mengendalikan uret, kita kenalan dulu yuk sama jamur ini!
Klasifikasi Metarhizium anisopliae dalam
sistematika jamur, menurut Alexopoulus dkk. (1996) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Divisi :
Amastigomycotina
Kelas :
Deuteromycetes
Ordo :
Moniliales
Famili :
Moniliaceae
Genus :
Metarhizium
Spesies : Metarhizium
anisopliae
Metarhizium anisopliae termasuk jamur
entomopatogen. Jamur entomopatogen merupakan jamur yang bersifat parasit
terhadap serangga. Terdapat lebih dari 700 spesies jamur entomopatogen yang
dapat menginfeksi serangga hama (Lacey dkk., 2001). Metarhizium anisopliae
tidak hanya bersifat saprofit, tetapi juga memiliki kemampuan parasit bagi
beberapa ordo serangga seperti Coleoptera, Lepidoptera, Hymenoptera, Orthoptera,
Isoptera, dan Hemiptera (Prayogo dkk., 2005).
Metarhizium anisopliae dapat tumbuh optimal
pada suhu 22 - 270 C, dengan pH berkisar antara 3,3 - 8,5 (Pracaya, 2004).
Perbanyakan koloni jamur Metarhizium
anisopliae biasa dilakukan pada media jagung, PDA, dan beras (Prayogo dan
Tengkano, 2002). Di awal pertumbuhan, koloni jamur ini berwarna putih. Seiring
bertambahnya umur, warna koloni akan berubah menjadi hijau gelap. Miseliumnya
bersekat, konidiofor berlapis, bersusun tegak, dan bercabang yang dipenuhi oleh
spora (Effendy dkk., 2010). Konidia berkecambah pada kelembaban 90%.
Patogenitas meningkat seiring dengan meningkatnya kelembaban udara. Patogenitas
jamur Metarhizium anisopliae menurun pada kelembaban 86% (Pracaya, 2004).
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.researchgate.net
Jadi sebenarnya,
ada kandungan apa sih sampai si Entomopatogen satu ini bisa bersifat layaknya
pestisida, hmm penasaran kan? Yuk langsung aja dicermati ya ^^
Jamur Metarhizium
anisopliae memproduksi racun Cyclic peptida yang disebut destruxin, senyawa
ini tersusun dari lima asam amino yaitu prolin, isoleusin, methyl-valin,
methyl-alanin, dan beta-alanin (Liu dkk., 2004). Destruxin memiliki efek yang
menyebabkan kelainan fungsi lambung tengah, hemocyt, tubulus malphigi dan
jaringan otot pada inang. Destruxin telah digunakan sebagai insektisida
generasi baru (Tampubolon dkk., 2013).
Nah, selanjutnya
penasaran kan bagaimana cara jamur ini menginfeksi hama? Akan kita bahas
dibawah ini ya J
Spora Metarhizium
anisopliae masuk ke tubuh serangga melalui kulit. Spora yang telah masuk
dalam tubuh serangga mulai membentuk hifa mulai dari jaringan epidermis hingga
seluruh jaringan tubuh serangga dipenuhi oleh hifa. Setelah inang terbunuh
kumpulan hifa tersebut akan membentuk spora primer dan sekunder, bergantung
pada kondisi cuaca, saat cuaca mendukung spora muncul pada kutikula serangga
(Saenong dan Alfons, 2009). Infeksi dan penyebaran spora dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu angin, kelembaban, dan padatan inang. Angin yang kencang
dan kelembaban tinggi dapat membantu penyebaran spora 6 dan pemerataan infeksi
pada seluruh individu pada populasi inang (Mulyono, 2007). Larva mati yang
terserang jamur Metarhizium anisopliae nantinya akan mengeras dan kaku.
Pada kulit larva akan tertutup oleh tepung putih yang akan berubah warna
menjadi hijau tua (Pracaya, 2004).
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2F8villages.com
Wahhh, jadi
ternyata begitu ya prosesnya. Tapi seberapa efektif sih, penggunaan jamur Metarhizium
anisopliae sebagai pengendali hama uret?
Berdasarkan
penelitian Tri Harjaka dengan judul “Bioekologi Lepidiota Stigma dan
Pengendaliannya dengan Metarhizium Anisopliae”. Penelitiannya dilaksanakan
sejak tahun 2009 sampai 2013 di Laboratorium Pengendalian Hayati Fakultas
Pertanian UGM, halaman rumput di seputaran kampus UGM, dan lahan pertanaman
tebu di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kepekaan stadia L.
stigma terhadap infeksi jamur patogen serangga ia lakukan dengan
memelihara telur, larva instar pertama, larva instar kedua, dan larva instar
ketiga pada tanah yang diperlakukan dengan jamur M. anisopliae konsentrasi
107 spora/g. Selanjutnya jamur M.anisopliae diuji di
pertanaman tebu menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan lima
perlakuan dan tiga blok sebagai ulangan. Jamur diaplikasikan dengan dosis 10
kg/hektar dengan tambahan 10 kg pada empat bulan setelah tanam dan tambahan
lagi 10 kg saat tebu berumur enam bulan. Sebagai pembanding digunakan perlakuan
insektisida diazinon 10 G dosis 25 kg/ha dan tanpa perlakuan pestisida maupun
jamur sebagai kontrol. Hasil penelitiannya menunjukkan aplikasi jamur Metarhizium
anisopliae PH04 dapat menurunkan populasi larva L. stigma di
pertanaman tebu dan meningkatkan hasil panen lebih dari 60%. Jamur dapat
bertahan di pertanaman lebih dari enam bulan sehingga berpotensi
mengendalikan L. stigma dalam jangka panjang (https://ugm.ac.id/id/berita/9654-jamur-metarhizium-anisopliae-efektif-basmi-hama-uret).
Jadi ternyata
jamur Metarhizium anisopliae memang efektif ya untuk digunakan sebagai
pengendali uret. Tak terasa, pembahasan kita sudah selesai nih, gimana-gimana? Semoga
dapat menambah wawasan kita semua ya^^ Jika ada yang kurang jelas atau mau
kasih saran boleh banget kok, langsung aja di kolom komen.
Gomawo~~
Thengku Indriyenni Maretha
18308141056
BIO E 18
Referensi :
Alexopoulos, C.J., Mims, C.W & Blackwell, M. 1996. Introductory Mycologi. John
Wiley & Sons, Singapore
Lacey, L.A., & Mesquita, A. L. M. Interactions among the
entomopathogenic fungus, Paecilomyces fumosoroseus (Deuteromycotina:
Hyphomycetes), the parasitoid, Aphelinus asychis (Hymenoptera: Aphelinidae) and
their aphid host. Biol. Control 22: 51-59.
Liu dkk. 2004. Characterization of Substrate Materials for
System-in-a Package Applications. Journal of Electronic Packaging. Vol.
126. hlm 195-201.
Mulyono. 2007. Kajian Patogenisitas Cendawan Metarhizium anisopliae
Terhadap Hama Oryctes rhinoceros L. Tanaman Kelapa Pada Berbagai Waktu Aplikasi.
Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pracaya. 2004.
Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Prayogo, Y dan Suharsono. 2005. Optimalisasi Pengendalian Hama
Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) Dengan Cendawan Entomopatogen
Verticillium lecanii. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 24. No.4 : 123-130.
Prayogo Y & Tengkano W. 2002. Pengaruh tempat dan lama
penyimpanan suspense spora Metarhizium anisopliae terhadap tingkat kematian
larva Spodoptera litura. hlm. 259−268. Dalam K. Mulya, S. Rusli, Supriyadi,
E. A. Wikardi, M. Djazuli, E. Karmawati, D. Manohara, O. Rostiana (Ed.).
Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik, Jakarta, 2−3 Juli
2002.
Saenong MS, Alfons JB. 2009. Pengendalian hayati hama penggerek
batang jagung Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae). Jurnal
Budidaya Pertanian (ID). 5(1): 1-10.
Tampubolon, Desy Yanti, dkk. 2013. Uji Patogenisitas Bacillus Thuringiensis Dan
Metarhizium Anisopliae Terhadap Mortalitas Spodoptera Litura Fabr (Lepidoptera:
Noctuidae) Di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3,
Juni 2013.
Sangat bermanfaat 👍
BalasHapusTerimakasih kak sudah berkunjung, bisa dilihat juga di blog ini artikel menarik lainnya mengenai jamur:D
HapusWah jamurnya mantul, adakah fungsi lain dari jamur tersebut selain sebagai pengendali hama uret?
BalasHapusTerimakasih
Terimakasih pertanyaannya, jadi sebenarnya, Metarhizium anisopliae tidak hanya bermanfaat utk membasmi hama uret, namun bisa juga hama lain seperti kepik, walang sangit, penggerek jagung, kumbang kelapa, belalang, wereng coklat, dan banyak hama serangga lain.
HapusThx infonya, sgt bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kami sbg orang awam, sukses sll buat mahasiswa/i biologi
BalasHapusTerimakasih kak sudah mampir, utk info-info menarik lainnya ttg jamur bisa dibaca di blog kami^^
HapusBerarti jamur ini sengaja di sebar?
BalasHapusTerimakasih pertanyaannya, jamur ini sebenarnya sudah ada dengan sendirinya didalam tanah, cuman populasinya tidak banyak, tetapi petani sendiri dapat menebarkan spora jamur di sarang hama di sekitar tanaman tumbuh sehingga jamur akan menginfeksi hama tersebut, jamur ini sudah banyak tersedia di pasaran sehingga mudah dibeli oleh petani atau bisa juga petani membiakkannya sendiri
HapusSelain mengendalikan larva lepidiota stigma, apakah bisa jamur ini digunakan untuk larva serangga yang lain? terimakasih
BalasHapusMasya Allah sangat bermanfaat sekali kak, jadi tahu nih ada jamur yang menguntungkan banget
BalasHapusBtw mau tanya kak, disitu kan tertulis jamur ini sebagai pengendali hama uret ditanah, nah kalau semisal didalam tanah tersebut ada cacingnya nih kak, apakah jamur ini bisa mendeteksi mana itu hewan yang bersifat hama, dan mana yang tidak hama? Ataulah cacing juga bisa terkena jamur ini kak?
Sekian kak wassalamu'alaikum
Mau tanya nih, selain senyawa racun detruxin yang diproduksi oleh jamur tersebut ada tidak?
BalasHapus