Langsung ke konten utama

Karena Dia Aku Layu! Hah? Dia Siapa Sih? Yuk Selidiki! Jangan-Jangan.....


Haiii haaiii hello guyss!!! Jadi siapa sih Dia yang bikin Layuu? Yuuppss Dia ada dibawah guyss  J
KLASIFIKASI
Fusarium adalah salah satu genus jamur yang sangat penting secara ekonomi dan merupakan spesies patogen yang menyebabkan penyakit layu pada berbagai tanaman (Saragih & Silalahi, 2006). Salah satu spesies dari genus Fusarium yaitu spesies Fusarium oxysporum. Fusarium oxysporum merupakan jamur patogen yang dapat menginfeksi tanaman dengan kisaran inang sangat luas. Jamur ini menyerang jaringan bagian vaskuler dan mengakibatkan kelayuan pada tanaman inangnya dengan cara menghambat aliran air pada jaringan xylem (De Cal et al., 2000). Menurut Soesanto (2013), klasifikasi jamur Fusarium oxysporum penyebab penyakit layu pada tanaman adalah sebagai berikut : 
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes  
Ordo : Hypocreales
Family : Nectriaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium oxysporum 
Sumber : www.semanticscholar.org                 
Jamur Fusarium oxysporum merupakan jenis jamur patogen didalam tanah yang menyerang pada bagian akar dan umbi hingga menyebabkan penyakit layu pada tumbuhan sampai tumbuhan mati. Karena aktifitasnya didalam akar sangat memudahkan  jamur ini untuk menyebar ketanaman lain yang dekat melalui media tanah. Jamur ini memiliki beberapa ciri yakni membentuk mikronidium bersel 1, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur Semangun dalam (Amrulloh, 2008). Karakter dari jamur ini adalah dengan  menyerang tanaman yang kondisi nya sedang lemah (peka) karena kekeringan, kekurangan unsur hara, terlalu banyak sinar matahari dan tanaman terlalu banyak buah (Semangun, 2000). Selain itu, jamur Fusarium oxysporum juga merupakan jamur tular tanah (soil borne) yang mempunyai banyak spesies dan kisaran inang seperti cabai, tomat, kacang tanah, kacang panjang, kedelai dan lain-lainnya (Semangun, 1998).
Fusarium oxysporum  dapat menginfeksi tanaman dengan kisaran inang sangat luas. Jamur ini menyerang jaringan bagian vaskuler dan mengakibatkan kelayuan pada tanaman inangnya dengan cara menghambat aliran air pada jaringan xylem (De Cal et al., 2000). Hal tersebut dikarenakan patogen Fusarium oxysporum bersifat soil inhabitant yaitu patogen yang dapat bertahan didalam tanah walaupun tanpa inang (Agrios, 1997 cit. Susetyo).

REPRODUKSI & STRUKTUR
 Fusarium oxysporum merupakan fungi aseksual yang mempunyai 3 alat reproduksi (spora), yaitu mikrokonidia (terdiri dari 1-2 sel), makrokonidia (3-5 septa), dan klamidospora (pembengkakan pada hifa).
a.       Makrokonidia
Makrokonidia berbentuk panjang melengkung, di kedua ujung sempit seperti bulan sabit, terdiri dari 3-5 sel dan biasanya di temukan di permukaan (Juniawan, 2015).
b.      Mikrokonidia
Mikrokonidia adalah spora dengan 1 atau 2 sel yang dihasilkan Fusarium pada semua kondisi dan dapat menginfeksi tanaman. Mikrokonidia memiliki bentuk yang bulat sampai oval, uniseluler dan tidak berwarna (Juniawan, 2015). Mikrokonodia adalah tipe spora yang paling sering di produksi oleh fungi ini dibawah setiap kondisi lingkungan, termasuk diproduksi di dalam jaringan Xilem inang (Agrios, 2005).
c.       Klamidiospora
Klamidiospora adalah spora dengan sel selain diatas, dan pada waktu dorman dapat menginfeksi tanaman, sporanya dapat tumbuh di air (Juniawan, 2015). Klamidospora biasa disebut ‘spora-spora yang beristirahat’ karena diproduksi oleh miselium yang sudah tua atau dalam makrokonodia. Miselium akan memasuki akar dan terus mengalir di dalam jaringan vascular Xilem dimana pada tahap ini biasanya miselium mulai memproduksi mikrokonodia yang kemudian akan menyumbat saluran jaringan xylem. Ketika 7 tanaman yang diinfeksi mati, fungi ini kemudian menginvasi semua jaringan tanaman yang ada sampai titik tertinggi tanaman yang mati tersebut. Sampai tahap ini tercapai, sporulasi akan terjadi secara besar-besaran, memproduksi makrokonodia dan klamidospora. Fusarium oxysporum dapat bertahan secara saprofitikal di dalam tanah, baik dalam bentuk miselium ataupun ketiga tipe spora sebelumnya yang biasanya disebut dengan istilah Soil-borne Plant Phatogenic Fungi. Fusarium di dalam tanah yang berada dalam bentuk klamidospora (resting spores) akan bertahan paling lama di dalam tanah, biasanya dalam kondisi yang dingin (Agrios, 2005).
Fusarium oxysporum  memiliki koloni yang berwarna putih atau disertai warna ungu hingga merah muda pada setiap koloninya. Selain itu, koloni jamur ini juga dapat menghasilkan warna berbeda pada isolat dengan media tumbuh yang sama. Hal tersebut dapat terjadi karena jamur Fusarium oxysporum mudah mengalami mutasi sehingga warna koloni tidak dapat dijadikan sebagai parameter identifikasi (Sutejo, Priyatmojo, & Wibowo, 2008). Koloni Fusarium oxysporum umumnya memiliki mikrokonidium dengan jumlah yang sangat banyak dan bersel tunggal dan berbentuk oval, berdinding tebal dan halus dengan apikal sel yang runcing pada bagian bawahnya. Sedangkan konidiofor pada Fusarium oxysporum merupakan tangkai yang pendek (Sutejo et al., 2008).
DAUR HIDUP
Daur hidup Fusarium oxysporum mengalami fase patogenesis dan saprogenesis. Pada fase patogenesis, jamur hidup sebagai parasit pada tanaman inang. Apabila tidak ada tanaman inang, patogen hidup di dalam tanah sebagai saprofit pada sisa tanaman dan masuk fase saprogenesis, yang dapat menjadi sumber inokulum untuk menimbulkan penyakit pada tanaman lain. Penyebaran propagul dapat terjadi melalui angin, air tanah, serta tanah terinfeksi dan terbawa oleh alat pertanian dan manusia (Alfizar, 2011). Jamur dapat bertahan lama di dalam tanah hingga beberapa tahun sebagai klamidospora yang banyak terdapat di dalam akar yang sakit, bermacam-macam rumput, dan pada tanaman jenis Heliconia (Djaenuddin, 2011).
Siklus Penyakit Fusarium oxysporum (Agrios, 2005)(Sumber : https://i2.wp.com/agronomie.info/en/wp-content/uploads/2017/07/im-20.jpg?ssl=1) 
PERSEBARAN
Fusarium oxysporum menyerang pertanaman dan penyebarannya sangat luas hampir di seluruh dunia. Cendawan ini menghasilkan tiga macam toksin yang menyerang pembuluh xylem yaitu: asam fusaric, asam dehydrofusaric, dan lycomarasmin. Toksin-toksin tersebut akan mengubah permeabilitas membran plasma dari sel tanaman inang sehingga mengakibatkan tanaman yang terinfeksi lebih cepat kehilangan air daripada tanaman yang sehat (Anonim, 2009). Penyebaran jamur juga dipengaruhi oleh keadaan pH yaitu dari kisaran keasaman tanah yang memungkinkan jamur Fusarium oxysporum tumbuh dan melakukan kegiatannya. Sementara itu, suhu didalam tanah erat kaitannya dengan suhu udara di atas permukaan tanah. Suhu udara yang rendah akan menyebabkan suhu tanah yang rendah, begitu juga sebaliknya. Suhu selain berpengaruh terhadap petumbuhan tanaman, juga terhadap perkembangan penyakitnya. Fusarium oxysporum mampu hidup pada suhu tanah antara 10-240C, meskipun hal ini tergantung pula pada isolat jamurnya (Soesanto, 2002). Patogen penyebab layu (Fusarium oxysporum) ini cepat berkembang pada tanah yang terlalu basah atau becek, kelembaban udara yang tinggi, dan pH tanah yang rendah (Tjahjadi, 1989). Jamur ini sangat cocok pada tanah yang asamm dengan kisaran pH 4,5-6,0 (Sastrahidayat, 1989). Menurut Semangun (1996) serangan cendawan ini lebih ditentukan oleh suhu yang kurang menguntungkan tanaman inang. Jamur ini menginfeksi tanaman lewat mulut kulit, lentisel, kutikula, dan luka (Anonim, 2009).
GEJALA SERANGAN Fusarium oxysporum
Gejala serangan Gejala awal yang ditimbulkan penyakit ini adalah daun tua layu diikuti oleh daun yang lebih muda. Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun terutama daun bawah. Gejala lebih lanjut adalah daun tiba tiba jatuh dan akhirnya menggantung pada batang pohon, dan tangkai daun patah (Semangun, 2000; Djaenuddin, 2011).
Gejala yang paling khas akibat serangan Fusarium oxysporum adalah gejala yang terjadi pada pangkal batang. Jika tanaman yang sakit itu dipotong membujur dengan pisau dekat pangkal batang akan terlihat suatu cincin coklat atau merah dari berkas pembuluh. Pada serangan berat gejala demikian juga terdapat pada bagian tanaman sebelah atas. Pada tanaman yang masih muda penyakit dapat menyebabkan matinya tanaman secara mendadak, karena pada pangkal batang terjadi kerusakan. Sedangkan tanaman dewasa yang terinfeksi sering dapat bertahan terus dan membentuk buah, tetapi produksi sangat sedikit dengan buah yang kecil (Semangun, 1996). Setelah jaringan pembuluh mati dan keadaan udara lembab, cendawan membentuk spora yang berwarna putih keunguan pada akar yang terinfeksi. Penyebaran dapat terjadi melalui angin, air pengairan dan alat pertanian. Layu total dapat terjadi antara 2–3 minggu setelah terinfeksi. Tanaman biasanya layu mulai dari daun bagian bawah dan anak tulang daun menguning. Bila infeksi berkembang, tanaman menjadi layu dalam 2–3 hari setelah infeksi. Jika tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang akan terlihat gejala cincin coklat dari berkas pembuluh. Warna jaringan akar dan batang menjadi coklat. Tempat luka infeksi tertutup hifa yang berwarna putih seperti kapas (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2003 cit. Huda, 2010).
PENGENDALIAN
Cook dan Baker (1983) mengemukakan bahwa pengendalian hayati dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnyadengan: (a) manipulasi lingkungan; (b) introduksi agens antagonis; (c) introduksi patogen avirulen dan hipo-virulen alami serta mikroorganisme endofit untuk menginduksi sistem ketahanan tanaman inang.  Pemanfaatan mikroorganisme seperti plant growth promoting rhizobacteria(PGPR), Gliocladium fimbriatum dan fungi Mikoriza arbuskula (FMA) sebagai agens biokontrol dalam pengendalian patogen tanaman.
Cara pengendalian selanjutnya adalah solarisasi tanah yang merupakan salahsatu metode kultur teknis dalam pengendalian patogen akar (Agrios, 2005).  Solarisasi tanah merupakan suatu metode untuk menaikkan suhu tanahdengan cara menutup permukaan tanah menggunakan plastik mulsa transparan dalam hal pengendalian patogen tular tanah seperti Foc.  Metode tersebut bekerja sesuai dengan efek greenhouse, temperatur tanah mencapai suhu 50 – 60 oC pada kedalaman 10 cm. Hal tersebut sudah cukup besar dalam mengendalikan patogen tular tanah (soil borne) (Horiuchi, 2000).  Solarisasi tanahdapat menurunkan inokulum patogen sehingga akan mengurangi potensi terjadinyapanyakit (Agrios, 2005).
Pengendalian juga dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed treatment) dengan menggunakan pestisida, teknik budidaya tanaman seperti rotasi tanaman, pemilihan benih yang berkualitas tinggi, dan pemanfaatan lahan dengan pemupukan yang baik (Nelson, 1999). Perlindungan tanaman terhadap patogen penyakit tanah Fusarium oxysporum dengan fungisida harus dihindari karena banyak menimbulkan masalah berupa bioakumulasi residu bahan kimia pada organisme bukan sasaran, meningkatkan ketahanan patogen terhadap fungisida serta pencemaran lingkungan yang berakibat pada kesehatan manusia (De Weger et al. 1995; Haas et al. 2000; Riswanto et al. 2010).
Naaahhh gimana guyss..... sekarang udah pada tau kan si Dia yang suka buat Layu J

DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 1997. Plant Pathology. 4th Ed. Academic Press. New York.
Agrios, GN. 2005. Plant Pathology.ed ke-5. New York: Academi Press.
Alfizar., Marina., dan Hasanah, N. 2011. Upaya Pengendalian Penyakit Layu Fusarium Oxysporum dengan Pemanfaatan Agen hayati Cendawan FMA dan Trichoderma Harzianum. Jurnal Floratek 6: 8 – 17.
Amrulloh, I. 2008. Uji Potensi Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Sebagai Anti Mikroba Terhadap Bakteri Xanthomonas oryzae dan Jamur Fusarium oxysporum.Skripsi pdf : Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang.
Anonimb . 2009. Pangkalan Data OPT Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta.
Cook, R. J & Baker, K. F. 1983. The Nature and Practice of Biological CoPlant Patogen. The American Phytopathological Soceity. USA.
De Cal A, Garcia-Lepe R and Melgarejo P. 2000. Induced resistance by Penicillium oxalicum against F. oxysporum f.sp. lycopersici: Histological studies of infected and induced tomato stem. Phytopathology 90 (3): 260-268.
DeWeger, L. A., A. J. Vander Bij, L. C. Dekkers, M. Simons, C. A. Wijffelman and B. J. J. Lugtenberg, 1995. Colonization of the rhizosphere of crop plants by plantbeneficial Pseudomonads. FEMS Microbiol. Ecol. 17:221–228.
Djaenuddin, N. 2011. Bioekologi Penyakit Layu Fusarium Fusarium oxysporum. Balai Penelitian Tanaman Serelia Maros. Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan 7 Juni 2011 di Hotel Singgasana Makassar.
Horiuchi, S. 2000. Soil Solarization for Supressing Soilborne Disease in Japan. Hirosima.

Huda, Miftahul. 2010. Pengendalian Layu Fusarium pada Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.) secara Kultur Teknis dan Hayati. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Juniawan. 2015. Fungitoksisitas Eugenol terhadap Jamur Fusarium oxysporum f.sp.cubense. Artikel tidak dipublikasikan. Universitas Brawijaya. Malang.
Nelson, P.E. 1999. Taxonomy of Fungi in the Genus Fusarium with Emphasis on Fusarium oxysporum. St. Paul, Minnesota : APS Press.
Saragih, Y.S., dan F. H., Silalahi, 2006. Isolasi dan Identifikasi Spesies Fusarium Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Markisa Asam. Jurnal Hortikultura (16). Hal. 336-344.
Sastrahidayat, I. R. 1989. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya. Schwartz, HF and Michael. E. 2002. Fusarium Bassal Rot. www.googlw.com
Semangun H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Soesanto. 2002. Penyakit Busuk Rimpang Jahe di Sentra Produksi Jahe Jawa Tengah : 2. Intensitas dan Pola Sebaran Penyakit. Proyek Pembinaan Kelembagaan Litbang Pertanian (ARMPII) Jawa Tengah.
Soesanto, L., E. Mugiastuti, A. Manan, and M. Wachjadi. 2013. Ability test of several antagonists to control potato bacterial wilt in the field. Agrivita 35(1):30-35.
Sutejo, Achmadi priyatmojo, dan Arif Wibowo. 2008. Identifikasi Morfologi Beberapa Spesies Jamur Fusarium. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian. Vol.14, No.1, 2008: 7-13.
Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: . Kanisius.
https://www.semanticscholar.org/paper/First-report-of-Fusarium-oxysporum-f.sp.-niveum-in-Callaghan-Puno/1fba050e46b45200768159ada2ba3473a4fd2e10 (diakses pada Kamis, 19 Maret 2020 pukul 16.33).                                                                                           
                                                  Titi Ari Wulandari/18308141048/BiologiE2018

Komentar

  1. Bagus banget kak, bisa nambah pengetahuanku nihh...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Keren banget kak, terimkasih, semoga ilmunya bermanfaat

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Keren banget , semoga bisa menambah wawasan bagi yang lain juga

    BalasHapus
  6. Benar benar memberi wawasan kak, sangat berguna untuk saya. Tetap lanjut untuk membagikan pengetahuan ya kak

    BalasHapus
  7. Lengkap banget, sangat informatif. Kereen

    BalasHapus
  8. Makasih kaaakkk sangat informatif banget buat nambah wawasan, semoga ilmunya bermanfaat 🙏

    BalasHapus
  9. sangat bermaanfaat sekali kak, bisa menambah wawasan saya dan adik saya. terus posting artikel bermanfaat :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aspergillus oryzae, Jamur Pembuat Sake dan Kecap

           Mungkin kalian pernah dengar minum khas Jepang yang bernama Sake? Atau mungkin kalian yang suka masak sering menggunakan salah satu bahan masak yaitu kecap? Apakah kalian tau kalau Sake dan kecap dibuat dari jamur yang sama yaitu Aspergillus oryzae ? Yuk mari kita mengenal lebih jauh lagi tentang Aspergillus oryzae . Klasifikasi, Morfologi dan Reproduksi Aspergillus oryzae             Menurut Suriawiria (1986), Jamur Aspergillus oryzae hidup saprofit atau parasit dengan masa berbentuk benang atau filamen, multiseluler, bercabang-cabang, dan tidak berklorofil. Masing-masing benang disebut hifa, dan kumpulan hifa biasa disebut miselium. Miselium Aspergillus oryzae bersekat-sekat. Koloni yang sudah menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, atau kehitam-hitaman, miselium yang semula berwarna putih sudah tidak tampak lagi. taksonomi jamur Asperg...

Périgord Truffle ( Tuber melanosporum ) Si Harta Karun Hitam

Tuber melanosporum atau truffle hitam Périgord (bekas provinsi Perancis) , tumbuh bersimbiosis dengan sistem akar pohon ek dan hazelnut. Dengan harga pasar petani sekitar 1000 Euro per kg (harga 2010) dan harga eceran tiga atau empat kali lipatnya, truffle  adalah salah satu makanan mewah termahal di dunia. Jika truffle dipotong maka akan mengelurkan bau yang khas (tidak seperti kebanyakan bau jamur). Tetapi babi, anjing, dan hewan lain dengan penciuman yang sensitif daripada manusia  bisa mencium baunya dari atas tanah. Inilah sebabnya mengapa pemburu truffle profesional menggunakan babi atau anjing untuk membantu mereka menemukan sumber 'emas hitam' ini. Tuber melanosporum   dan Tuber magnatum memiliki aroma yang meniru hormon seks babi jantan. Itulah sebabnya di masa lalu pemburu truffle profesional menggunakan babi betina untuk membantu menemukan harta karun ini. Tetapi saat ini anjing telah menggantikan babi sebagai  pemburu truffle. Distribusi...

Mengenal Aspergillosis Infeksi Jamur yang Disebabkan oleh Aspergillus fumigatus!

MENGENAL ASPERGILLOSIS, INFEKSI JAMUR YANG DISEBABKAN OLEH  Aspergillus fumigatus   Apasih penyakit Aspergillosis itu?  😦         Jadi, penyakit  Aspergillosis merupakan suatu kelompok mikosis yang disebabkan oleh infeksi jamur spesies Aspergillus yaitu Aspergillus fumigatus .  Jamur ini dapat ditemukan di tanah, air dan tumbuhan yang mengalami pembusukan, khususnya pada pupuk kandang dan humus. Penyakit aspergillosis ini memiliki tingkat penyebaran yang cukup luas karena dapat menyebabkan penyakit pada manusia ataupun hewan.       Aspergillosis terutama disebabkan oleh Aspergillus fumigatus , selanjutnya diikuti oleh Aspergillus flavus dan Aspergillus niger . Aspergillosis tergolong penyakit pernafasan, organ tubuh yang diinfeksi ialah paru-paru, kantong udara, dan trachea. Paru-paru yang baik berwarna merah jingga dan seperti spons, dapat terisi udara dengan baik. Paru-paru berukuran terlalu besar dapat terjadi ...