KLASIFIKASI
Fusarium adalah salah satu genus jamur yang sangat penting secara ekonomi dan merupakan spesies patogen yang menyebabkan penyakit layu pada berbagai tanaman (Saragih & Silalahi, 2006). Salah satu spesies dari genus Fusarium yaitu spesies Fusarium oxysporum. Fusarium oxysporum merupakan jamur patogen yang dapat menginfeksi tanaman dengan kisaran inang sangat luas. Jamur ini menyerang jaringan bagian vaskuler dan mengakibatkan kelayuan pada tanaman inangnya dengan cara menghambat aliran air pada jaringan xylem (De Cal et al., 2000). Menurut Soesanto (2013), klasifikasi jamur Fusarium oxysporum penyebab penyakit layu pada tanaman adalah sebagai berikut :
Kingdom
: FungiFusarium adalah salah satu genus jamur yang sangat penting secara ekonomi dan merupakan spesies patogen yang menyebabkan penyakit layu pada berbagai tanaman (Saragih & Silalahi, 2006). Salah satu spesies dari genus Fusarium yaitu spesies Fusarium oxysporum. Fusarium oxysporum merupakan jamur patogen yang dapat menginfeksi tanaman dengan kisaran inang sangat luas. Jamur ini menyerang jaringan bagian vaskuler dan mengakibatkan kelayuan pada tanaman inangnya dengan cara menghambat aliran air pada jaringan xylem (De Cal et al., 2000). Menurut Soesanto (2013), klasifikasi jamur Fusarium oxysporum penyebab penyakit layu pada tanaman adalah sebagai berikut :
Divisi : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Family : Nectriaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium oxysporum
Sumber : www.semanticscholar.org
Jamur
Fusarium oxysporum merupakan jenis
jamur patogen didalam tanah yang menyerang pada bagian akar dan umbi hingga
menyebabkan penyakit layu pada tumbuhan sampai tumbuhan mati. Karena
aktifitasnya didalam akar sangat memudahkan
jamur ini untuk menyebar ketanaman lain yang dekat melalui media tanah.
Jamur ini memiliki beberapa ciri yakni membentuk mikronidium bersel 1, tidak
berwarna, lonjong atau bulat telur Semangun dalam (Amrulloh, 2008). Karakter
dari jamur ini adalah dengan menyerang
tanaman yang kondisi nya sedang lemah (peka) karena kekeringan, kekurangan
unsur hara, terlalu banyak sinar matahari dan tanaman terlalu banyak buah
(Semangun, 2000). Selain itu, jamur Fusarium
oxysporum juga merupakan jamur tular tanah (soil borne) yang mempunyai
banyak spesies dan kisaran inang seperti cabai, tomat, kacang tanah, kacang
panjang, kedelai dan lain-lainnya (Semangun, 1998).
Fusarium oxysporum dapat menginfeksi tanaman dengan kisaran inang
sangat luas. Jamur ini menyerang jaringan bagian vaskuler dan mengakibatkan
kelayuan pada tanaman inangnya dengan cara menghambat aliran air pada jaringan
xylem (De Cal et al., 2000). Hal tersebut dikarenakan patogen Fusarium oxysporum bersifat soil
inhabitant yaitu patogen yang dapat bertahan didalam tanah walaupun tanpa inang
(Agrios, 1997 cit. Susetyo).
REPRODUKSI
& STRUKTUR
Fusarium
oxysporum merupakan fungi aseksual yang mempunyai 3 alat reproduksi (spora),
yaitu mikrokonidia (terdiri dari 1-2 sel), makrokonidia (3-5 septa), dan
klamidospora (pembengkakan pada hifa).
a. Makrokonidia
Makrokonidia
berbentuk panjang melengkung, di kedua ujung sempit seperti bulan sabit,
terdiri dari 3-5 sel dan biasanya di temukan di permukaan (Juniawan, 2015).
b. Mikrokonidia
Mikrokonidia adalah spora dengan 1 atau 2
sel yang dihasilkan Fusarium pada semua kondisi dan dapat menginfeksi tanaman.
Mikrokonidia memiliki bentuk yang bulat sampai oval, uniseluler dan tidak
berwarna (Juniawan, 2015). Mikrokonodia adalah tipe spora yang paling sering di
produksi oleh fungi ini dibawah setiap kondisi lingkungan, termasuk diproduksi
di dalam jaringan Xilem inang (Agrios, 2005).
c. Klamidiospora
Klamidiospora
adalah spora dengan sel selain diatas, dan pada waktu dorman dapat menginfeksi
tanaman, sporanya dapat tumbuh di air (Juniawan, 2015). Klamidospora biasa
disebut ‘spora-spora yang beristirahat’ karena diproduksi oleh miselium yang
sudah tua atau dalam makrokonodia. Miselium akan memasuki akar dan terus
mengalir di dalam jaringan vascular Xilem dimana pada tahap ini biasanya
miselium mulai memproduksi mikrokonodia yang kemudian akan menyumbat saluran
jaringan xylem. Ketika 7 tanaman yang diinfeksi mati, fungi ini kemudian
menginvasi semua jaringan tanaman yang ada sampai titik tertinggi tanaman yang
mati tersebut. Sampai tahap ini tercapai, sporulasi akan terjadi secara
besar-besaran, memproduksi makrokonodia dan klamidospora. Fusarium oxysporum
dapat bertahan secara saprofitikal di dalam tanah, baik dalam bentuk miselium
ataupun ketiga tipe spora sebelumnya yang biasanya disebut dengan istilah
Soil-borne Plant Phatogenic Fungi. Fusarium di dalam tanah yang berada dalam
bentuk klamidospora (resting spores) akan bertahan paling lama di dalam tanah,
biasanya dalam kondisi yang dingin (Agrios, 2005).
Fusarium oxysporum memiliki koloni yang berwarna putih atau
disertai warna ungu hingga merah muda pada setiap koloninya. Selain itu, koloni
jamur ini juga dapat menghasilkan warna berbeda pada isolat dengan media tumbuh
yang sama. Hal tersebut dapat terjadi karena jamur Fusarium oxysporum mudah
mengalami mutasi sehingga warna koloni tidak dapat dijadikan sebagai parameter
identifikasi (Sutejo, Priyatmojo, & Wibowo, 2008). Koloni Fusarium
oxysporum umumnya memiliki mikrokonidium dengan jumlah yang sangat banyak dan
bersel tunggal dan berbentuk oval, berdinding tebal dan halus dengan apikal sel
yang runcing pada bagian bawahnya. Sedangkan konidiofor pada Fusarium oxysporum
merupakan tangkai yang pendek (Sutejo et al., 2008).
DAUR
HIDUP
Daur
hidup Fusarium oxysporum mengalami
fase patogenesis dan saprogenesis. Pada fase patogenesis, jamur hidup sebagai
parasit pada tanaman inang. Apabila tidak ada tanaman inang, patogen hidup di
dalam tanah sebagai saprofit pada sisa tanaman dan masuk fase saprogenesis,
yang dapat menjadi sumber inokulum untuk menimbulkan penyakit pada tanaman
lain. Penyebaran propagul dapat terjadi melalui angin, air tanah, serta tanah
terinfeksi dan terbawa oleh alat pertanian dan manusia (Alfizar, 2011). Jamur
dapat bertahan lama di dalam tanah hingga beberapa tahun sebagai klamidospora
yang banyak terdapat di dalam akar yang sakit, bermacam-macam rumput, dan pada
tanaman jenis Heliconia (Djaenuddin, 2011).
Siklus
Penyakit Fusarium oxysporum (Agrios, 2005)(Sumber : https://i2.wp.com/agronomie.info/en/wp-content/uploads/2017/07/im-20.jpg?ssl=1)
PERSEBARAN
Fusarium oxysporum
menyerang pertanaman dan penyebarannya sangat luas hampir di seluruh dunia.
Cendawan ini menghasilkan tiga macam toksin yang menyerang pembuluh xylem
yaitu: asam fusaric, asam dehydrofusaric, dan lycomarasmin. Toksin-toksin
tersebut akan mengubah permeabilitas membran plasma dari sel tanaman inang
sehingga mengakibatkan tanaman yang terinfeksi lebih cepat kehilangan air
daripada tanaman yang sehat (Anonim, 2009). Penyebaran jamur juga dipengaruhi
oleh keadaan pH yaitu dari kisaran keasaman tanah yang memungkinkan jamur Fusarium oxysporum tumbuh dan melakukan
kegiatannya. Sementara itu, suhu didalam tanah erat kaitannya dengan suhu udara
di atas permukaan tanah. Suhu udara yang rendah akan menyebabkan suhu tanah
yang rendah, begitu juga sebaliknya. Suhu selain berpengaruh terhadap
petumbuhan tanaman, juga terhadap perkembangan penyakitnya. Fusarium oxysporum mampu hidup pada suhu
tanah antara 10-240C, meskipun hal ini tergantung pula pada isolat jamurnya
(Soesanto, 2002). Patogen penyebab layu (Fusarium
oxysporum) ini cepat berkembang pada tanah yang terlalu basah atau becek,
kelembaban udara yang tinggi, dan pH tanah yang rendah (Tjahjadi, 1989). Jamur ini
sangat cocok pada tanah yang asamm dengan kisaran pH 4,5-6,0 (Sastrahidayat,
1989). Menurut Semangun (1996) serangan cendawan ini lebih ditentukan oleh suhu
yang kurang menguntungkan tanaman inang. Jamur ini menginfeksi tanaman lewat
mulut kulit, lentisel, kutikula, dan luka (Anonim, 2009).
GEJALA SERANGAN Fusarium
oxysporum
Gejala
serangan Gejala awal yang ditimbulkan penyakit ini adalah daun tua layu diikuti
oleh daun yang lebih muda. Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya
daun terutama daun bawah. Gejala lebih lanjut adalah daun tiba tiba jatuh dan
akhirnya menggantung pada batang pohon, dan tangkai daun patah (Semangun, 2000;
Djaenuddin, 2011).
Gejala
yang paling khas akibat serangan Fusarium
oxysporum adalah gejala yang terjadi pada pangkal batang. Jika tanaman yang
sakit itu dipotong membujur dengan pisau dekat pangkal batang akan terlihat
suatu cincin coklat atau merah dari berkas pembuluh. Pada serangan berat gejala
demikian juga terdapat pada bagian tanaman sebelah atas. Pada tanaman yang
masih muda penyakit dapat menyebabkan matinya tanaman secara mendadak, karena
pada pangkal batang terjadi kerusakan. Sedangkan tanaman dewasa yang terinfeksi
sering dapat bertahan terus dan membentuk buah, tetapi produksi sangat sedikit
dengan buah yang kecil (Semangun, 1996). Setelah
jaringan pembuluh mati dan keadaan udara lembab, cendawan membentuk spora yang
berwarna putih keunguan pada akar yang terinfeksi. Penyebaran dapat terjadi
melalui angin, air pengairan dan alat pertanian. Layu total dapat terjadi
antara 2–3 minggu setelah terinfeksi. Tanaman biasanya layu mulai dari daun
bagian bawah dan anak tulang daun menguning. Bila infeksi berkembang, tanaman
menjadi layu dalam 2–3 hari setelah infeksi. Jika tanaman sakit dipotong dekat
pangkal batang akan terlihat gejala cincin coklat dari berkas pembuluh. Warna
jaringan akar dan batang menjadi coklat. Tempat luka infeksi tertutup hifa yang
berwarna putih seperti kapas (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2003 cit.
Huda, 2010).
PENGENDALIAN
Cook
dan Baker (1983) mengemukakan bahwa pengendalian hayati dapat dilakukan dengan
beberapa cara misalnyadengan: (a) manipulasi lingkungan; (b) introduksi agens
antagonis; (c) introduksi patogen avirulen dan hipo-virulen alami serta
mikroorganisme endofit untuk menginduksi sistem ketahanan tanaman
inang. Pemanfaatan mikroorganisme seperti plant growth promoting
rhizobacteria(PGPR), Gliocladium fimbriatum dan fungi Mikoriza
arbuskula (FMA) sebagai agens biokontrol dalam pengendalian patogen
tanaman.
Cara
pengendalian selanjutnya adalah solarisasi tanah yang merupakan salahsatu
metode kultur teknis dalam pengendalian patogen akar (Agrios,
2005). Solarisasi tanah merupakan suatu metode untuk menaikkan suhu
tanahdengan cara menutup permukaan tanah menggunakan plastik mulsa transparan
dalam hal pengendalian patogen tular tanah seperti Foc. Metode
tersebut bekerja sesuai dengan efek greenhouse, temperatur tanah mencapai
suhu 50 – 60 oC pada kedalaman 10 cm. Hal tersebut sudah cukup besar dalam
mengendalikan patogen tular tanah (soil borne) (Horiuchi,
2000). Solarisasi tanahdapat menurunkan inokulum patogen sehingga
akan mengurangi potensi terjadinyapanyakit (Agrios, 2005).
Pengendalian juga dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed treatment) dengan menggunakan pestisida, teknik
budidaya tanaman seperti rotasi tanaman, pemilihan benih yang berkualitas
tinggi, dan pemanfaatan lahan dengan pemupukan yang baik (Nelson, 1999). Perlindungan
tanaman terhadap patogen penyakit tanah Fusarium
oxysporum dengan fungisida harus dihindari karena banyak menimbulkan
masalah berupa bioakumulasi residu bahan kimia pada organisme bukan sasaran,
meningkatkan ketahanan patogen terhadap fungisida serta pencemaran lingkungan
yang berakibat pada kesehatan manusia (De Weger et al. 1995; Haas et al. 2000;
Riswanto et al. 2010).
Naaahhh gimana guyss.....
sekarang udah pada tau kan si Dia yang suka buat Layu J
DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 1997. Plant
Pathology. 4th Ed. Academic Press. New York.
Agrios, GN. 2005. Plant
Pathology.ed ke-5. New York: Academi Press.
Alfizar.,
Marina., dan Hasanah, N. 2011. Upaya Pengendalian Penyakit Layu Fusarium
Oxysporum dengan Pemanfaatan Agen hayati Cendawan FMA dan Trichoderma
Harzianum. Jurnal Floratek 6: 8 – 17.
Amrulloh,
I. 2008. Uji Potensi Ekstrak Daun Sirih (Piper
betle L.) Sebagai Anti Mikroba Terhadap Bakteri Xanthomonas oryzae dan Jamur Fusarium
oxysporum.Skripsi pdf : Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam
Negeri Malang.
Anonimb . 2009. Pangkalan
Data OPT Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta.
Cook,
R. J & Baker, K. F. 1983. The Nature and Practice of Biological CoPlant
Patogen. The American Phytopathological Soceity. USA.
De
Cal A, Garcia-Lepe R and Melgarejo P. 2000. Induced resistance by Penicillium
oxalicum against F. oxysporum f.sp. lycopersici: Histological studies of
infected and induced tomato stem. Phytopathology 90 (3): 260-268.
DeWeger,
L. A., A. J. Vander Bij, L. C. Dekkers, M. Simons, C. A. Wijffelman and B. J.
J. Lugtenberg, 1995. Colonization of the rhizosphere of crop plants by
plantbeneficial Pseudomonads. FEMS Microbiol. Ecol. 17:221–228.
Djaenuddin,
N. 2011. Bioekologi Penyakit Layu Fusarium Fusarium oxysporum. Balai Penelitian
Tanaman Serelia Maros. Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda
Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan 7
Juni 2011 di Hotel Singgasana Makassar.
Horiuchi, S.
2000. Soil Solarization for Supressing Soilborne Disease in Japan.
Hirosima.
Huda,
Miftahul. 2010. Pengendalian Layu Fusarium pada Tanaman Pisang (Musa
paradisiaca L.) secara Kultur Teknis dan Hayati. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Juniawan.
2015. Fungitoksisitas Eugenol terhadap Jamur Fusarium oxysporum f.sp.cubense.
Artikel tidak dipublikasikan. Universitas Brawijaya. Malang.
Nelson, P.E. 1999. Taxonomy of Fungi in the Genus Fusarium with Emphasis on Fusarium oxysporum. St. Paul, Minnesota : APS Press.
Nelson, P.E. 1999. Taxonomy of Fungi in the Genus Fusarium with Emphasis on Fusarium oxysporum. St. Paul, Minnesota : APS Press.
Saragih,
Y.S., dan F. H., Silalahi, 2006. Isolasi dan Identifikasi Spesies Fusarium
Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Markisa Asam. Jurnal Hortikultura (16).
Hal. 336-344.
Sastrahidayat,
I. R. 1989. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya. Schwartz, HF and
Michael. E. 2002. Fusarium Bassal Rot. www.googlw.com
Semangun H. 1996.
Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Semangun
H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Soesanto.
2002. Penyakit Busuk Rimpang Jahe di Sentra Produksi Jahe Jawa Tengah : 2.
Intensitas dan Pola Sebaran Penyakit. Proyek Pembinaan Kelembagaan Litbang
Pertanian (ARMPII) Jawa Tengah.
Soesanto,
L., E. Mugiastuti, A. Manan, and M. Wachjadi. 2013. Ability test of several
antagonists to control potato bacterial wilt in the field. Agrivita
35(1):30-35.
Sutejo,
Achmadi priyatmojo, dan Arif Wibowo. 2008. Identifikasi Morfologi Beberapa
Spesies Jamur Fusarium. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian.
Vol.14, No.1, 2008: 7-13.
Tjahjadi, N. 1989. Hama
dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: . Kanisius.
https://www.researchgate.net/figure/Cultural-and-morphological-characteristics-of-Fusarium-oxysporum-f-sp-passiflorae_fig1_319147682 (diakses pada Kamis, 19 Maret 2020 pukul 09.13)
https://i2.wp.com/agronomie.info/en/wp-content/uploads/2017/07/im-20.jpg?ssl=1(diakses pada
Kamis, 19 Maret 2020 pukul 09.27)
https://agronomie.info/en/2017/07/15/fusarium-wilt-tomato-disease-cycle-epidemiology/ (diakses pada Kamis, 19 Maret 2020 pukul 09.44)
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/gejala-dan-cara-pengendalian-penyakit-layu-fusarium-pada-tanaman-pisang-36 (diakses pada Kamis, 19 Maret 2020 pukul 11.07)
https://www.semanticscholar.org/paper/First-report-of-Fusarium-oxysporum-f.sp.-niveum-in-Callaghan-Puno/1fba050e46b45200768159ada2ba3473a4fd2e10
(diakses pada Kamis, 19
Maret 2020 pukul 16.33).
Titi Ari Wulandari/18308141048/BiologiE2018
Bagus banget kak, bisa nambah pengetahuanku nihh...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKeren banget kak, terimkasih, semoga ilmunya bermanfaat
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKeren banget , semoga bisa menambah wawasan bagi yang lain juga
BalasHapusBenar benar memberi wawasan kak, sangat berguna untuk saya. Tetap lanjut untuk membagikan pengetahuan ya kak
BalasHapus👍👍
BalasHapusLengkap banget, sangat informatif. Kereen
BalasHapusMakasih kaaakkk sangat informatif banget buat nambah wawasan, semoga ilmunya bermanfaat 🙏
BalasHapussangat bermaanfaat sekali kak, bisa menambah wawasan saya dan adik saya. terus posting artikel bermanfaat :)
BalasHapus