Langsung ke konten utama

Kalian kesusahan kontrol semut? Coba pake jamur ini!


           Kalian pasti tahu semut hitam? Nah, semut hitam ini kan udah bikin hidup kita terganggu. Ternyata, semut ini juga ada yang ganggu juga lo. Bahkan, dia mematikan!

Perkenalkan, Ophiocordyceps unilateralis. Sang pemangsa Camponotus Leonardi. Jamur dan semut ini hidup pada hutan hujan tropis di wilayah Thailand, Brazil, Amerika Tengah, dan Afrika bagian tengah. Mereka betah hidup di lingkungan dengan suhu antara 20°C - 30°C dan lembab.

Jamur ini menginfeksi semut hitam yang hidup di hutan hujan tropis sampe mati, guys! Dia (Jamur) memanfaatkan semutnya untuk berkembangbiak dan sumber nutrisi selama dia hidup. Anehnya lagi, jamur ini bisa kontrol perilaku semut nya. Jadi, semut yang terinfeksi akan jalan, turun menuju ketinggian sampai 1 m dari tanah hutan hujan tropis. Kenapa harus turun sampai ketinggian itu? Karena, ketinggian maks. 1 m dari permukaan tanah adalah ketinggian yang cocok bagi jamur ini untuk berkembangbiak.

Gambar 1. Semut Hitam yang terinfeksi jamur Ophiocordyceps unilateralis (Sumber : bioweb.uwlax.edu)

        Jamur ini memiliki tangkai stroma (konidia) berwarna coklat. Tumbuh di antara pangkal kepala dan ujung leher si semut. Terdapat struktur kumpulan miselium yang menggumpal disebut dengan stroma (jamak : stromata). Stroma itu yang bentuknya kayak tangkai guys. Di stroma, ada askokarp sebagai organ pembentuk askospora, yaitu alat perkembangbiakan jamur askomykota.


     Semut-semut kurang beruntung yang terkena jamur ini biasanya adalah semut yang tidak sengaja jatuh dari bagian kanopi pohon yang tinggi dan semut tersebut akan terkena spora yang disemprotkan oleh jamur Ophicordyceps unilateralis. Spora tersebut akan tubuh menjadi jamur dan menggerogoti bagian kutikula dan masuk ke eksoskeleton semut hitam. Lebih jelasnya, yuk kita lihat siklus hidup nya dibawah ini.

Gambar 2. Siklus Hidup Ophiocordyceps unilateralis. (Sumber : bioweb.uwlax.edu)

      Siklus yang pertama adalah Infeksi. Semut malang yang terinfeksi akan terkena spora yang disemprotkan oleh jamur Ophiocordyceps unilateralis. Semut ini terinfeksi karena dia melewati Killing Zone (Kita bicara ini nanti yaaaa). Yaitu zona dimana jamur Ophiocordyceps unilateralis menyemprotkan spora nya. Ketika semut tersebut sudah terinfeksi, maka jamur akan mengeluarkan enzim yang akan melunakan jaringan eksoskeleton semut. Sementara itu, hifa nya akan berkeliaran ke persendian si semut. Fase infeksi bisa berlangsung hingga 2 hari. Jadi, selama fase ini semut masih bisa berkeliaran bebas karena perilakunya belom di kontrol si jamur.

        Siklus selanjutnya adalah Death Grip. Di fase ini, jamur akan mulai mengontrol perilaku semutnya guys! Semut terinfeksi yang berkoloni akan berpisah dari koloninya dan menuju ke daerah dengan kondisi suportif untuk jamur bisa berkembangbiak dengan baik, yaitu satu meter diatas permukaan tanah. Lalu semut akan menggigit bagian batang tengah daun dan semut tersebut akan MATI ☹. Ingat ya, perilaku ini dikontrol oleh si jamurnya guys. Jadi, semut tersebut menggigit batang tengah daun agar dia tidak jatuh. Sehingga, si jamur bisa berkembangbiak, mengambil nutrisi dari semut tanpa jatuh. Pinter banget kan, ya?

Gambar 3. Semut yang menempel TERBALIK pada fase death grip
 (Sumber : Bioweb.uwlax.edu)

   Siklus selanjutnya adalah pertumbuhan dari si jamurnya. Jamur akan tumbuh mengonsumsi semua nutrisi dari semut. Jadi, semua organ dan isinya akan diserap oleh si jamur. Jamurnya nanti akan tumbuh dibagian belakang kepala atau diujung leher. Struktur memanjang ke atas ini disebut sebagai stroma. Nantinya, dibagian tengah stroma akan terbentuk ascocarp. Yaitu organ perkembangbiakan dari jamur ini. Lalu akan terbentuk spora yang nantinya akan tersebar.

      Siklus yang terakhir adalah pembentukan area Killing Zone. Area ini akan terbentuk ketika spora jamur sudah siap untuk dilepaskan. Jamur ini akan menyemprotkan (atau menembakkan, atau apa ya? Itu lah pokoknya 😀) sporanya hingga seluas 3 meter persegi! Kekuatan jamur untuk menyemprotkan sporanya adalah berkat kontribusi nutrisi dari semut malang yang jadi korban ☹️.

       Siklus ini bisa berlangsung 3 – 5 kali. Tergantunng dari sisa nutrisi yang ada di semut. Jadi kalo nutrisinya masih ada, ya spora nya bisa produksi terus. Intinya, nutrisi dari si semut ini bakalan dimanfaatkan betul oleh jamurnya TANPA SISA 😢.

    Ada yang lebih keren lagi guys. Jamur ini hanya tumbuh pada semut spesies Camponotus leonardi. Selain spesies itu, jamur ini tidak akan menunjukkan pertumbuhan apapun. Jadi istilahnya, kalo bukan jodohnya, dia gamau tumbuh, guys 😊.

     Jadi, setelah sporanya hinggap di semutnya, spora akan berkembang membentuk jaringan. Ketika jamur nya udah nemu bagian ujung leher si semutnya, dia akan membentuk stroma disitu. Kejadian ini bersamaan dengan kontrol perilaku semutnya. Kontrol perilaku dari jamur ke semutnya dilakukan dengan injeksi beberapa bahan kimia yang sampai sekarang belum juga diketahui. Selain itu, hifa yang menggerogoti persendian dan tubuh bagian dalam semut juga akan mempengaruhi pergerakan semutnya, guys.

      Begitulah akhir cerita jamur kejam ini. Biar aja jamur yang kejam ke semut. Tapi kita sebagai umat manusia yang bermartabat, kita sangat perlu untuk bersimbiosis tanpa memanfaatkan satu sama lain secara tidak adil. Tulisan ini dibuat ketika pandemi Covid-19 sedang menyebar dengan hebatnya. Hadirnya penyakit memang tidak bisa ditolak. Tapi sebagai umat manusia, menolong sesama dan membantu kehidupan menjadi lebih baik adalah tujuan utama. Dengan menunjukkan perilaku altruis, seperti membantu menyosialisasikan pencegahan pandemi Covid-19, kita turut mencatat diri kita sendiri dalam sejarah dunia yang (harapannya) tidak akan terulang lagi.



Let’s make a better place, for you and for me.

Daffa Muhammad Rifqi - 18308144004
Biologi B 2018


Mau baca lebih lanjut tentang jamur ini? Kuy baca jurnal dibawah ini atau klik tautan dibawah ini, ya! 😃


Andersen SB, Gerritsma S, Yusah KM, Mayntz D, Hywel-Jones NL, Billen J, Boomsma JJ, Hughes DP (September 2009). "The life of a dead ant: The expression of an adaptive extended phenotype"The American Naturalist174 (3): 424–433.


Evans, Harry C., Simon L. Elliot, and David P. Hughes. "Ophiocordyceps unilateralis: A keystone species for unraveling ecosystem functioning and biodiversity of fungi in tropical forests?." Communicative & integrative biology 4.5 (2011): 598-602.

Mongkolsamrit, S., et al. "Life cycle, host range and temporal variation of Ophiocordyceps unilateralis/Hirsutella formicarum on Formicine ants." Journal of invertebrate pathology 111.3 (2012): 217-224.

Komentar

  1. Makasih kak penjelasannya, sangat bermanfaat buat referensi tugas ✨💕

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Kak Yasinta! Terima kasih sudah berkunjung di artikel ini. Semoga bermanfaat :)

      Hapus
  2. Dapet jamur nya dari mana? Kalau kena manusia bahaya gak? Mau, soalnya gak suka semut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Raplidia, terima kasih sudah berkunjung di artikel ini. Jamur tersebut hidup di alam dengan kondisi lingkungan 20 - 30 derajat celcius dan kondisi lembab. Kondisi tersebut sangat cocok dengan kondisi Hutan Hujan Tropis tempat Jamur dan semut ini hidup. Jamur tersebut hanya akan menginfeksi semut Camponotus leonardi, ya. Sejauh ini, belum dipelajari efek lebih lanjut apabila spora nya hinggap di manusia.

      Jadi, jamur ini tidak bisa menginfeksi semut rumahan. Dan juga tidak dapat hidup pada kondisi yang tidak memungkinkan :)

      Hapus
  3. PPermisi, saya ingin menanyakan apakah jamur ini hanya bisa mematikan semut hitam? Apakah semut jenis lainnya tidak bisa???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Rahma! Terima kasih sudah mengunjungi artikel ini. Jamur ini hanya bisa menjangkit semut spesies Camponotus leonardi. Jadi, selain semut tersebut, jamur tidak akan mau tumbuh.

      Hapus
  4. Hei pakboi apakah jamur ini dapat mematikan makhluk hidup lain selain semut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo onemaytwothousand! Saya ngga tau nama asli kamu siapa, tapi kayaknya kamu lahir satu mei 2000? Maybe? 😁

      Selain semut hitam Camponotus leonardi, sampai saat ini belum ada penelitian kembali tentang efek akibat terkena spora dari Ophiocordyceps unilateralis.

      Hapus
  5. assallamuallaikum. mau nanya min, menarik banget jamur nya, dalam artikel Jamur ini hanya tumbuh pada semut spesies Camponotus leonardi, kenapa ya min hanya bisa tumbuh di spesies itu, apakah tidak ada potensi untuk tumbuh selain pada organisme semut spesies Camponotus leonardi.? makasih:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam. Terima kasih sudah berkunjung di artikel ini.
      Pertanyaan yang bagus! Jadi, ada beberapa jamur genus Ophiocordyceps yang lain dan masing masing spesiesnya tumbuh pada inang tertentu. Untuk O. unilateralis, dia memang hanya tumbuh di Camponotus leonardi.

      Spora yang disebarkan pada fase killing zone nanti akan berbau khas. Sehingga, mengundang C. leonardi untuk datang. Namun, senyawa nya tidak dijelaskan lebih lanjut lagi.

      Hapus
  6. Terimakasih infonya, jangan siram aku pakai air raksa ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, MsIceBears! Terima kasih telah bekunjung di artikel ini. Tenang, air raksa nya masih saya simpan :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aspergillus oryzae, Jamur Pembuat Sake dan Kecap

           Mungkin kalian pernah dengar minum khas Jepang yang bernama Sake? Atau mungkin kalian yang suka masak sering menggunakan salah satu bahan masak yaitu kecap? Apakah kalian tau kalau Sake dan kecap dibuat dari jamur yang sama yaitu Aspergillus oryzae ? Yuk mari kita mengenal lebih jauh lagi tentang Aspergillus oryzae . Klasifikasi, Morfologi dan Reproduksi Aspergillus oryzae             Menurut Suriawiria (1986), Jamur Aspergillus oryzae hidup saprofit atau parasit dengan masa berbentuk benang atau filamen, multiseluler, bercabang-cabang, dan tidak berklorofil. Masing-masing benang disebut hifa, dan kumpulan hifa biasa disebut miselium. Miselium Aspergillus oryzae bersekat-sekat. Koloni yang sudah menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, atau kehitam-hitaman, miselium yang semula berwarna putih sudah tidak tampak lagi. taksonomi jamur Asperg...

Périgord Truffle ( Tuber melanosporum ) Si Harta Karun Hitam

Tuber melanosporum atau truffle hitam Périgord (bekas provinsi Perancis) , tumbuh bersimbiosis dengan sistem akar pohon ek dan hazelnut. Dengan harga pasar petani sekitar 1000 Euro per kg (harga 2010) dan harga eceran tiga atau empat kali lipatnya, truffle  adalah salah satu makanan mewah termahal di dunia. Jika truffle dipotong maka akan mengelurkan bau yang khas (tidak seperti kebanyakan bau jamur). Tetapi babi, anjing, dan hewan lain dengan penciuman yang sensitif daripada manusia  bisa mencium baunya dari atas tanah. Inilah sebabnya mengapa pemburu truffle profesional menggunakan babi atau anjing untuk membantu mereka menemukan sumber 'emas hitam' ini. Tuber melanosporum   dan Tuber magnatum memiliki aroma yang meniru hormon seks babi jantan. Itulah sebabnya di masa lalu pemburu truffle profesional menggunakan babi betina untuk membantu menemukan harta karun ini. Tetapi saat ini anjing telah menggantikan babi sebagai  pemburu truffle. Distribusi...

Mengenal Aspergillosis Infeksi Jamur yang Disebabkan oleh Aspergillus fumigatus!

MENGENAL ASPERGILLOSIS, INFEKSI JAMUR YANG DISEBABKAN OLEH  Aspergillus fumigatus   Apasih penyakit Aspergillosis itu?  😦         Jadi, penyakit  Aspergillosis merupakan suatu kelompok mikosis yang disebabkan oleh infeksi jamur spesies Aspergillus yaitu Aspergillus fumigatus .  Jamur ini dapat ditemukan di tanah, air dan tumbuhan yang mengalami pembusukan, khususnya pada pupuk kandang dan humus. Penyakit aspergillosis ini memiliki tingkat penyebaran yang cukup luas karena dapat menyebabkan penyakit pada manusia ataupun hewan.       Aspergillosis terutama disebabkan oleh Aspergillus fumigatus , selanjutnya diikuti oleh Aspergillus flavus dan Aspergillus niger . Aspergillosis tergolong penyakit pernafasan, organ tubuh yang diinfeksi ialah paru-paru, kantong udara, dan trachea. Paru-paru yang baik berwarna merah jingga dan seperti spons, dapat terisi udara dengan baik. Paru-paru berukuran terlalu besar dapat terjadi ...