Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi pada
penyakit terutama di negara-negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur
merupakan penyakit kulit yang sering muncul di tengah masyarakat Indonesia.
Iklim tropis dengan kelembaban udara yang tinggi di Indonesia sangat mendukung
pertumbuhan jamur. Banyaknya infeksi jamur juga didukung oleh masih banyaknya
masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga masalah
kebersihan lingkungan, sanitasi dan pola hidup sehat kurang menjadi perhatian
dalam kehidupan seharihari masyarakat Indonesia (Hare, 1993).
Trichophyton rubrum adalah salah satu spesies jamur yang
menyebabkan dermatofitosis. Dermatofitosis adalah penyakit jamur yang menyerang
jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin) pada kuku, rambut dan stratum
korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Jamur
dermatofita tersebut digolongkan dalam tiga genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.
Perbedaan antara ketiga genus tersebut didasarkan pada penampilan spora dan
hifa. Jamur Trichophyton rubrum merupakan
rata-rata penyebab infeksi di Indonesia (Kuswadji,1983; Volk dan Wheeler,
1990).
Trichophyton sp. merupakan jamur yang termasuk dalam golongan Deuteromycetes atau jamur tidak sempurna (fungi imperfecti), karena selama hidupnya hanya memiliki fase vegetatif (fase aseksual) saja, yaitu melalui pembentukan konidia. Fase generatifnya (fase seksual) tidak ditemukan (Prianto, 2001). Menurut Frobisher and Fuert’s (1983) Trichophyton sp. dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Onygenales
Familia : Arthrodermataceae
Genus : Trichophyton
Spesies : Trichophyton rubrum.
![]() |
T. rubrum |
T.rubrum memiliki karakteristik eukarotik, yaitu memiliki nukleus
dengan nukleolus, membran nukleus, dan
kromosom linear. Sitoplasma mengandung sitoskeleton aktin dan organela.
Struktur bagian dalam (organela) terdiri dari nukleus, mitokondria, ribosom,
retikulum endoplasma, lisosom, apparatus golgi dan sentriol dengan fungsi dan
peranannya masing-masing. Komponen utama membran sel jamur adalah ergosterol. Struktur kimia dari
dinding sel jamur berbeda dengan bakteri yang tidak mengandung
peptidoglikan, gliserol atau asam
teikoat ribitol, atau lipopolisakarida. Polisakarida pada jamur adalah
mannan, glukan, dan kitin. Elemen kecil dari jamur disebut hifa, berupa
benang-benang filament terdiri dari sel-sel yang mempunyai dinding.
Benang-benang hifa bila bercabang dan membentuk anyaman disebut miselium (Ryan,
2004).
Tipe-tipe strain pada T.rubrum antara lain adalah tipe granuler dan berbulu halus. Contohnya seperti berikut:
![]() |
Tipe strain pada T.rubrum |
karakteristik tipe berbulu halus (Gambar A) yaitu produksi mikrokonidia
yang jumlahnya sedikit, halus, tipis, kecil, dan tidak mempunyai makrokonidia. Sedangkan karakteristik tipe granuler yaitu produksi
mikrokonidia dan makrokonidia yang jumlahnya sangat
banyak. Mikrokonidia berbentuk clavate
dan piriform, sedangkan makrokonidia berdinding tipis dan berbentuk seperti
cerutu (Gambar B) T. rubrum yang berbulu halus merupakan dermatofita yang tersebar secara luas.
Sedangkan, tipe granular merupakan yang sering menjadi penyebab tinea korporis
di Asia Tenggara dan Australia (Ellis, 2007).
Deuteromycetes berkembang biak dengan membentuk spora
aseksual melalui fragmentasi dan konidium yang bersel satu atau bersel banyak.
Deuteromycetes bukan merupakan kelompok jamur yang sesungguhnya karena bila
suatu jamur telah diketahui reproduksi seksualnya, akan dimasukkan ke dalam
kelompok lain yang sesuai dengan tingkat reproduksi seksualnya tersebut.
Trichophyton sp. yaitu pertambahan ukuran atau panjang hifa (miselium) yang dihasilkan dari pertunasan hifa. Pertunasan hifa tersebut akan membentuk percabangan yang bagian terminalnya akan membentuk konidia. Reproduksi aseksual yang dimiliki Trichophyton sp. ini meliputi pembentukan konidia melalui pertunasan, fragmentasi (pemotongan) hifa dan pembentukan konidiospora (Hujjatusnaini, 2012). Pertumbuhan Trichophyton sp. sangat dipengaruhi oleh faktor luar (lingkungan), seperti suhu, nutrisi, pH, kelembaban, dan zat – zat metabolit seperti toksin dan antibiotik (Saputra, 2014).
![]() |
tahapan reproduksi aseksual |
Sebagian besar kasus tinea pedis yang disebabkan oleh dermatofita jamur yang menyebabkan infeksi di superfisial kulit dan kuku dengan menginfeksi keratin dari lapisan atas epidermis di kaki (Al Hasan, 2004).
Tinea ini paling sering disebabkan oleh spesies anthropophilik seperti Trichophyton rubrum (80 %), Tricophyton mentagrophytes (20%), Epidermophyton floccosum (10%) dan oleh M. canis dan T. Tonsurans jarang terjadi yang diteliti oleh British Infection Association (Chadwick P, 2013). Trichophyton rubrum (T. rubrum) adalah dermatofit yang berperan paling dominan yang menyebabkan sebagian besar infeksi jamur superfisial di seluruh dunia (Madrid, et al,. 2011). Dermatofit adalah bagian dari jamur yang memiliki kemampuan untuk menyerang jaringan keratin, seperti kulit, rambut, dan kuku (Bressani, et al,. 2012).
Sekelompok jamur dapat menyebabkan infeksi di mana saja pada kulit. Namun, mereka paling sering menyerang pada bagian kaki, daerah inguinal, ketiak, kulit kepala, dan kuku. Hasil infeksi pada gejala ringan sampai sedang gejala dermatologis, dengan berbagai tingkat keparahan infeksi. Variasi tersebut diyakini akibat dari respon imun tubuh untuk melawan mikroorganisme. Respon ini ditimbulkan oleh keratinosit, yang merupakan garis pertahanan pertama terhadap mikroorganisme, seperti T. rubrum. Infeksi biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau dengan binatang piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi karena kontak dengan mamalia liar atau tanah yang terkontaminasi. Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda misalnya pakaian, perabot dan sebagainya (Swastika, dan Goedadi, 2001).
Dermatofita menggunakan keratin sebagai sumber nutrisi dan juga berkoloni pada lapisan kulit, kuku, dan rambut yang telah mati. Mereka juga memicu kehancuran sel-sel yang hidup dengan mengaktifkan sistem imun. Meskipun jamur yang terlibat dalam infeksi kutaneus dan sub-kutaneus hidup di tanah, penyakit yang mereka timbulkan tidak sama dengan infeksi jamur superfisial lainnya karena infeksinya membutuhkan lesi terlebih dahulu pada lapisan kulit yang lebih dalam. Kebanyakan dermatfitosis tinggal menetap pada lapisan dermis dan hipodermis sehingga sangat jarang menyebabkan infeksi yang sistemik. Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung Penularan langsung dapat melalui fomit, epitel, dan rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia atau dari bianatang, dan tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu, atau air (Siregar, 2005).
Timbulnya kelainan-kelainan di kulit bergantung pada beberapa faktor :
• a. Faktor virulensi dari dermatofita Virulensi ini bergantung pada afinitas, jamur, apakah jamur Antropofilik, Zoofilik, atau Geofilik. Selaian afinitas ini, masing- masing jenis jamur tersebut berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian tubuh, misalnya Trichophyton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophyton floccosum yang paling sering menyerang lipat paha bagian dalam. Faktor yang terpenting dalam virulensi ini ialah kemampuan spesies jamur menghasilkan keratinasi dan mencerna keratin di kulit.
• b. Faktor trauma Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.
• c. Faktor suhu dan kelembaban kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal; tempat yang banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.
• d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur. Insiden panyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah lebih sering ditemukan dari pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.
• e. Faktor umur dan jenis kelamin Penyakit tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anaak dibandingkan pada orang dewasa. Pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari dibandingkan pada pria, dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain, seprti faktor perlindungan tubuh, (topi, sepatu, dan sebagainya), faktor transpirasi serta penggunaan pakaian yang serba nilon dapat memudahkan timbulnya penyakit jamur ini.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh Trichopyton sp.
![]() |
gambar 1 |
![]() |
gambar 3 |
![]() |
gambar 2 |
Nah serem banget ya infeksi yang dapat ditimbulkan dari makhluk sekecil ini, untuk itu tak hanya COVID-19 yang perlu kita cegah dan hindari ya teman-teman. Trichophyton
rubrum dan teman-teman dari spesies lainnya juga loh karena sangat mudah sekali tertular apabila kita tidak menjaga kebersihan diri ataupun lingkungan. Untuk itu tetap jaga kebersihan dan sehat selalu ya! Sekian, Terima kasih. Mohon maaf apabila banyak kesalahan:)
Daftar Pustaka
Adiguna, Swastika & Goedadi, M.H., 2001. Dermatomikosis Superfisialis.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI, h. 33-35.
Bressani, V.O., Santi, T.N., Domingues-Ferreira, M., Almeida, A., Duarte, A.J.S.,
(2013 May) Characterization of the cellular immunity in patients
presenting extensive dermatophytoses due to Trichophyton rubrum.
Mycoses. 2013 May : 56(3):281-8.
Chadwick P (2013) Fungal infection of the diabetic foot: the often ignored
complication. Diabetic Foot Canada 1(2): 20–4.
Ellis, D.; S. Davis; H. Alexiou; R. Handke and R. Bartley. (2007). Descriptions of
Medical Fungi Second Edition. Mycology Unit Women’s and Children’s
Hospital. North Adelaide 5006. Australia.
Frobisher and Fuerst’s, 1983, Microbiology in Health and Disease, 15th edition,
Igaku Shoin, Sounders International Edition.
Garcia-Madrid, L.A,. Huizar-López, M.D.R,. Flores-Romo, L,. Islas-Rodríguez,
A.E (2011). Trichophyton rubrum manipulates the innate immune
functions of human keratinocytes. Cent. Eur. J. Biol. 6, 902–910.
Hujjatusnaini, N. 2012. Uji Potensi Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata
L.) terhadap Penghambatan Pertumbuhan Trichophyton sp. Dosen STAIN
Palangka Raya
Hare, R., 1993, Mikrobiologi dan Imunologi, 1-2, 197, diterjemahkan oleh
Praseno, Penerbit Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.
Kuswadji, 1983, Dermatomikosis, 25-29, 31, 41, Majalah Kedokteran Indonesia,
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
Prianto, Juni LA, Tjahaya P.U. Atlas Parasitologi Kedokteran. Darwanto, Editor. Prof.Dr.dr.Pinardi Hadidjaja.MPH & TM dr.Seisasi Gandahusada GM 20394.146.1994. 288 hlm : 24 cm
Ryan, K. J., & Ray, C. G. 2004. Sherris Medical Microbiology (4 ed.). McGrawHill.
Saputra, Wanda. 2014. Budidaya Jamur Merang. Jakarta : Agromedia.
Siregar., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta ; EGC
Volks, A. W., Wheeler, M. F., 1990, Mikrobiologi Dasar, Edisi V, Jilid II, Erlangga, Jakarta, 193-195
Al Hasan M, Fitzgerald SM, Saoudian M, Krishnaswamy G. Dermatology for
the practicing allergist: Tinea pedis and its complications. Clinical and
Molecular Allergy [internet].2004 [2020 March 17]; Available from:
http://www.clinicalmolecularallergy.com/content/2/1/
Dinda Khumayiroh/18308141005/BiologiB2018
Bagus neng
BalasHapusTerima kasih ya:)
Hapusassallamuallaikum. mau nanya neng, dalam artikel dijelaskan jamur akan memicu kehancuran sel-sel yang hidup dengan mengaktifkan sistem imun, untuk contoh infeksi nya ada yang di kuku jari, itu bagaimana respon bagian kuku jari tersebut setelah terinfeksi, apakah dapat tumbuh kembali terhadap reaksi imunnya.?
BalasHapusmaksih neng :)
waalaikumsalam, akan saya jawab sepemahaman saya kalau semisal salah boleh dikoreksi ya temen-temen. Penyakit yang dimaksud seperti kuku terinfeksi jamur itu disebut Tinea unguium. Dari sumber yang saya baca menurut dr. Paramita, M.Biomed Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sulit dan lama untuk disembuhkan. Pengobatan yang dapat diberikan berupa terapi anti-jamur, tindakan pelepasan kuku, dll. Umumnya kuku yang telah lepas dapat tumbuh kembali selama tidak terdapat kerusakan pada matriks kuku. Waktu yang diperlukan untuk kuku tumbuh sempurna yaitu sekitar 6 bulan untuk kuku jari tangan dan 18 bulan untuk kuku jari kaki. Namun waktu ini tergantung dari kondisi pasien, ada tidaknya penyakit atau infeksi,dll. Hal yang dapat dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan kuku yaitu rawat luka dan konsumsi obat sesuai anjuran dokter, konsumsi makanan yang bergizi, konsumsi vitamin bila diperlukan, cukup istirahat. Semoga membantu:)
Hapusterima kasih atas informasinya nya neng :)
HapusMangat y
BalasHapusterima kasih:)
HapusWa
BalasHapusMantap. Semangat
BalasHapusterima kasih:)
HapusSemangat menjdai gilaaa
BalasHapusterima kasih sudah melihat:)
HapusThanks kak for sharing 👍
BalasHapusterima kasih sudah melihat:)
HapusKaka saya mau tanya, di kuku saya terdapat bintik putih, katanya ada yang suka wah keren loh soalnya ada dua nih. Btw kata dosen saya dulu, itu jamur, apakah itu termasuk trichophyton atau engga yah? Atau anaknya trichophyton?
BalasHapusKalo engga terus itu jamur apa dong.
Halo kak, terima kasih sudah bertanya. Akan saya coba jawab, apabila ada kekeliruan dipersilahkan untuk mengkoreksi yaa.
HapusBintik atau bercak putih yang disebabkan oleh Trichophyton disebut Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT) namun kelainan ini sangat jarang terjadi. Biasanya jamur menginvasi langsung lapisan superficial lempeng kuku. Bentuk klinis di tandai dengan bercak-bercak putih keruh berbatas tegas, menyebabkan
kuku menjadi lunak, keras, dan mudah rapuh.
Nah kondisi yang muncul di kuku kaki dan tangan bisa jadi juga leukonychia. Jika kamu melihat bahwa bintik-bintik putih pada kuku muncul dan menghilang dengan sendirinya, maka kamu tidak perlu khawatir. Namun, jika bintik-bintik itu masih ada dan semakin parah, inilah saatnya untuk berkonsultasi dengan dokter ya kak karena bisa saja itu disebabkan oleh jamur sejenis Trichophyton dan lainnya. Tetap jaga kebersihan dan hindari pemakaian sepatu, kaos kaki yang basah atau lembab ya jangan sampai kuku indahmu terinfeksi jamur yang mengerikan semoga membantu:)
Terimakasih pengetahuanya��
BalasHapusterima kasih sudah melihat:)
HapusBagus kak artikel nya semangat ya
BalasHapusTerima kasih sudah melihat:)
Hapussemangat terus mbak 🙏,terima kasih pengetahuanya
BalasHapusTerima kasih sudah melihat:)
HapusSuch an amazing article🌸💛
BalasHapusTerima kasih sudah melihat:)
HapusMantap mantap
BalasHapusTerima kasih sudah melihat:)
HapusWah, keren artikelnya, jadi tambah pengetahuan trntang jamur. Cepet gede ya baby baby jamur di lab mikro yang tiap minggu ditengokin mulu
BalasHapusterima kasih kak:)
HapusWow. Good bangtt. Aku jadi tau. Klo trnyta ada jenis dan bentuk jamur sprti itu unik bngt jamurnya. Penjelasannya jga good bangt.
BalasHapus