Jamur Maitake (Grifola frondosa) adalah jenis jamur yang dikenal sebagai sayur maupun obat herbal. Ukurannya bisa mencapai 3 kaki dengan lebar cap atau tudung ¾ - 3 inci. Berat sekitar 5-10 pound (sering sampai 50 pon). Karena ukurannya yang besar ini, jamur Maitake sering disebut sebagai "Raja Jamur". Nama Maitake berasal dari bahasa Jepang yang secara harfiah berarti "Dancing Mushroom". Dinamai demikian karena orang-orang di pedalaman pegunungan yang menemukan jamur ini akan riang menari karena rasanya yang enak dan bermanfaat bagi kesehatan. Jamur ini juga ditemukan di Amerika dan disebut sebagai "Hens of the Wood" (ayam betina dari hutan).[4]
Berikut adalah klasifikasi dari jamur Maitake.
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Meripilaceae
Genus : Grifola
Spesies : G. frondosa
(Dicks.) Gray (1821)
Maitake merupakan jamur yang paling berharga di Jepang. Bahkan karena terlalu berharga, orang-orang tidak akan memberitahu (meskipun kepada saudaranya sendiri) dimana mereka mendapatkan jamur itu. Maitake sulit untuk ditemukan karena untuk dapat tumbuh ia membutuhkan kondisi-kondisi lingkungan yang sangat sensitif, seperti kandungan oksigen, karbondioksida, suhu,dan kelembaban tertentu. Upaya untuk membudidayakan jamur Maitake ini pun sulit sehingga jamur ini disebut "A Mushroom in Phantasm" (Jamur Fantasi), sampai seorang petani Jepang bernama Yoshinobu Ordaira berhasil membudidayakan jamur Maitake sehingga "Jamur Fantasi" pun menjadi "Jamur Kenyataan".
Jamur Maitake hidup di tanah atau di dasar sisa pohon, ia tumbuh di hutan terutama yang lembab atau di dasar sungai dimana banyak pohon-pohon tua.[5]
Bagaimana Jamur Maitake bereproduksi?
Jamur Maitake termasuk jamur Basiodiomycetes. Basidiomycetes (filum Basidiomycota) adalah kelompok jamur yang memiliki struktur seksual mikroskopis berbentuk gada atau pentungan yang disebut basidium. Kata “basidio” berarti “landasan kecil,” yang merujuk pada cara basidium menahan spora. Spora yang dilandasi oleh basidium ini disebut basidiospora yang terbentuk selama reproduksi seksual. Jamur Basidiomycota merupakan jamur berfilamen yang tersusun dari miselium yang merupakan hifa-hifa bersekat (septa).[3]
Gambar Basidiokarp-basidium | Photo by Debivort
Reproduksi seksual pada jamur Basidiomycota dilakukan dengan membentuk basidium, yang merupakan struktur unik dari basidiomycetes. Proses reproduksi seksualnya adalah:
Gambar Reproduksi seksual Basidiomycota | Photo by Tentorku (source: M. Piepenbring)
Jamur Basidiomycota juga melakukan reproduksi aseksual, walaupun pada umumnya mereka melakukan reproduksi seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan konidia, ujung hifa bersekat dan berkembang menjadi struktur yang disebut konidiofor. Pada konidiofor inilah terbentuk spora yang disebut dengan konidia atau konidiospora.
Apa manfaat Jamur Maitake?
Di akhir tahun 1980an, Prof. Hiroaki Nanba meneliti manfaat biologis jamur Maitake, kemudian diketahui bahwa jamur ini dapat digunakan sebagai suplemen yang bisa membantu dalam pengobatan tumor [2]. Prof.Dr.Hiroaki Nanba menuturkan bahwa dari semua studi jamur, Maitake (Grifola Frondosa) memiliki aktivitas yang kuat dalam menghambat pertumbuhan kanker, baik digunakan secara oral maupun secara intra peritoneal. Pengobatan kanker dengan Maitake tidak menimbulkan efek samping yang merugikan, dan biayanya jauh lebih rendah dibandingkan pengobatan konvensional. Pengobatan kanker dengan Maitake tidak menimbulkan efek samping yang merugikan, dan biayanya jauh lebih rendah dibandingkan pengobatan konvensional. Keefektifan maitake sebagai antikanker meningkat sebesar 12-27 persen bila dikombinasikan dengan Mitocycin C. Khasiat maitake sendiri diduga berasal dari unsur kimia bernama Polisakarida Beta 1.6 Glukan, yang terdapat di dalam jamur. Unsur ini yang kemudian dianggap membedakan jamur Maitake dengan jamur jenis lainnya. Pada jamur lain, unsur kimia yang dikandung rata-rata hanya Beta 1.3. Unsur itu juga mengaktifkan dan meningatkan produksi sel-sel pembunuh kuman secara alami melalui sistem kekebalan tubuh. Karena diketahui sel T pembantu (CD4) dan makrofag di dalam tubuh akan menjadi aktif, setelah distimulasi oleh unsur kimia yang terkandung dalam Maitake tersebut. Kini selain diharapkan mampu menyembuhkan kanker, jamur maitake juga mulai digunakan sebagai alternatif penyembuh untuk infeksi HIV/AIDS. Konsep dasarnya merupaan penumbuhan kembali sel CD4 pada para penderita, yang memang diketahui berkurang. Dalam sebuah percobaan terakhir di New York-AS terhadap 26 penderita AIDS, 13 penderita ternyata mengalami peningkatan sel CD 4 dengan pesat. Maitake juga turut menghilangkan gejala-gejala AIDS, seperti batuk kering, insomnia, dermatitis, penurunan berat badan, dan sembelit [1].
DAFTAR PUSTAKA
[1] Alkndi Herbal, 2014, Jamur Maitake, dipercaya bisa obati kanker dan AIDS, dimuat dalam http://alkindiherbal.com/artikel-jamur-maitake-dipercaya-bisa-obati-kanker-dan-aids diakses pada tanggal 16 Maret 2020 Pukul 14.40 WIB.
[2] Alonso, E.N. et.al., Genes Related to Suppression of Malignant Phenotype Induced by Maitake D-Fraction in Breast Cancer Cells, Journal of Med Food Volume 16, Juli 2013, hlm. 17.
[3] Mader, S. S., 2009, Diversity of Fungi, Edisi ke 10, McGraw-Hill, New York, disitir dalam artikel Jamur Gada (Basidiomycota) yang dimuat dalam https://www.tentorku.com/jamur-gada-basidiomycota/ diakses pada tanggal 16 Maret 2020 Pukul 14.54 WIB.
[4] Nanba, H., Kumar, P. 1995, The Therapeutics of Maitake Mushroom in Japan, Kobe, Japan: New Editions Health World, hlm. 21.
[5] Wikipedia Indonesia, 2015, Jamur Maitake, dimuat dalam situs Wikipedia Indonesia https://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_maitake diakses pada 16 Maret 2020 Pukul 14.25 WIB.
Novera Rahmi Annisa/18308141043/Biologi E 2018
Komentar
Posting Komentar