Dia Sahabat Petani, Tapi musuh bagi Serangga ! Mari berkenalan dengan Beauveria bassiana Si Jamur Entomopatogen
Mari Manfaatkan Agen Hayati Demi Keseimbangan Ekosistem
Jamur entomopatogenik
merupakan jamur yang memiliki kemampuan untuk menginfeksi dan menyebabkan penyakit
pada serangga hama. Jamur ini sangat potensial sebagai agen hayati atau
biopestisida. Dibandingkan dengan insektisida sintetik yang dapat
merusak ekosistem, jamur entomopatogen memberikan keuntungan yang lebih banyak
yaitu dapat menyerang berbagai stadia tahap perkembangan serangga (telur,
larva, dan dewasa) pada kondisi yang sesuai serta tidak bersifat toksik atau
mempengaruhi serangga lain yang
bermanfaat (spesifik). Dengan dikendalikannya serangga hama, maka hasil
pertanian akan meningkat, penyakit yang dibawa oleh serangga akan berkurang,
serta tercapailah keseimbangan ekosistem.
Yuk kenali lebih dalam siapa sih jamur entomopatogenik itu ~
Beauveria bassiana pertama kali ditemukan oleh
Agostino Bassi di Beauce, Perancis dan sebagai penghormatan kepada Agostino Bassi, cendawan
ini kemudian diberi nama Beauveria bassiana.
Menurut Hughes (1971), Klasifikasi Beauveria bassiana :
Kingdom : Fungi
Subkingdom : Dikarya
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Class : Ascomycetes
Subclass : Hypocreomycetidae
Order : Hypocreales
Genus : Beauveria
(Bals.)
Spesies : Beauveria bassiana (Bals.) Vuill
Pada
konidia Beauveria bassiana akan tumbuh suatu tabung yang makin lama makin panjang mirip seuntai
benang dan pada suatu waktu benang itu mulai bercabang. Cabang-cabang yang
timbul selalu akan tumbuh menjauhi hifa utama atau hifa yang
pertama. Cabang-cabang tersebut akan saling bersentuhan. Pada titik sentuh akan
terjadi lisis dinding sel (anastomosis)
sehingga protoplasma akan mengalir ke semua sel hifa. Miselium yang
terbentuk akan makin banyak dan membentuk suatu koloni (Gandjar, 2006).
Konidia Beauveria bassiana bersel satu,
berbentuk oval agak bulat sampai dengan bulat telur, berwarna hialin dengan
diameter 2-3 μm (Barnett, 1960). Konidia dihasilkan
dalam bentuk simpodial dari sel-sel induk yang terhenti pada ujungnya.
Pertumbuhan konidia diinisiasi oleh sekumpulan konidia. Setelah itu, spora
tumbuh dengan ukuran yang lebih panjang karena akan berfungsi sebagai titik
tumbuh. Pertumbuhan selanjutnya dimulai di bawah konidia berikutnya, setiap
saat konidia dihasilkan pada ujung hifa dan dipakai terus, selanjutnya ujungnya
akan terus tumbuh. Dengan cara seperti ini, rangkaian konidia dihasilkan oleh
konidia-konidia muda (rangkaian akropetal), dengan kepala konidia menjadi lebih panjang.
Ketika seluruh konidia dihasilkan, ujung konidia penghubung dari sel-sel
konidiogenus mempunyai pertumbuhan zig-zag dan mengikuti pertumbuhan asal
(Brady 1979).
Miselium jamur Beauveria bassiana bersekat dan bewarna putih, didalam tubuh serangga
yang terinfeksi terdiri atas banyak sel, dengan diameter 4 μm, sedang diluar
tubuh serangga ukurannya lebih kecil, yaitu 2 μm. Hifa fertil terdapat pada
cabang, tersusun melingkar dan biasanya menggelembung atau menebal. Konidia
menempel pada ujung dan sisi konidiofor atau cabang-cabangnya (Utomo dan
Pardede, 1990). Hifa Beauveria bassiana berukuran lebar 1−2 μm dan berkelompok dalam sekelompok
sel-sel konidiogen berukuran 3−6 μm x 3 μm. Selanjutnya, hifa bercabang-cabang dan menghasilkan sel-sel konidiogen kembali dengan bentuk
seperti botol, leher kecil, dan panjang ranting dapat mencapai lebih dari 20 μm
dan lebar 1 μm.
Jamur Beauveria bassiana melakukan reproduksi secara aseksual dengan cara
membentuk konidium. Konidium ialah spora tunggal yang dihasilkan dalam kantung
(sporangium). Selain itu, beberapa Ascomycota berkembang biak dengan tunas
(blastopora), tunas terbentuk dari percabangan sel. Setelah semua bagian sel
terbentuk, tunas melepaskan diri dari induknya. Reproduksi secara seksual
dilakukan dengan membentuk askokarp. Prosesnya diawali dengan plasmogami antara
elemen jantan (antheridium) dengan gametangium betina (askogonium). Setelah
terjadi fertilisasi akan terbentuk askus yang mengandung inti diploid. Inti
diploid pada askus muda akan mengalami meiosis membentuk 4 inti haploid yang
setelahnya dapat mengalami proses mitosis berkali-kali. Inti tersebut akan
diselubungi dinding dan berkembang menjadi askospora matang. Askus dapat
dibentuk dalam suatu wadah yang disebut askokarp. Askospora yang matang akan
keluar dari askus dan askokarp (Gandjar, 2006).
Jamur
Beauveria bassiana juga dikenal sebagai penyakit white muscardine karena miselium dan konidium (spora) yang
dihasilkan berwarna putih, bentuknya oval, dan tumbuh secara zig zag pada
konidiofornya (Soetopo dan Indrayani, 2007).Jamur Beauveria bassiana merupakan
jamur endomopatogen sehingga penyebarannya dilakukan dengan menginfeksi
inangnya, yaitu serangga. Mekanisme infeksi dimulai
infeksi langsung hifa atau spora Beauveria
bassiana ke dalam kutikula melalui kulit luar serangga. Pertumbuhan hifa
akan mengeluarkan enzim seperti protease,
lipolitik, amilase, dan kitinase. Enzim-enzim tersebut mampu menghidrolisis
kompleks protein di dalam integumen , yang menyerang dan
menghancurkan kutikula, sehingga hifa tersebut mampu menembus dan masuk serta
berkembang di dalam tubuh serangga (Brady 1979). Mekanisme infeksi secara
mekanik adalah infeksi melalui tekanan yang disebabkan oleh konidium Beauveria bassiana
yang tumbuh. Secara mekanik infeksi
jamur Beauveria bassiana berawal dari penetrasi
miselium pada kutikula lalu berkecambah dan membentuk apresorium, kemudian
menyerang epidermis dan hipodermis. Hifa kemudian menyerang jaringan dan hifa
berkembang biak di dalam haemolymph (Clarkson
dan Charnley, 1996).
Pada perkembangannya di dalam tubuh
serangga Beauveria bassiana akan
mengeluarkan racun yang disebut beauvericin
yang menyebabkan terjadinya paralisis pada anggota tubuh serangga.
Paralisis menyebabkan kehilangan koordinasi sistem gerak, sehingga gerakan
serangga tidak teratur dan lama- kelamaan melemah, kemudian berhenti sama
sekali. Setelah lebih-kurang lima hari terjadi kelumpuhan total dan kematian.
Toksin juga menyebabkan kerusakan jaringan, terutama pada saluran pencernaan,
otot, sistem syaraf, dan system pernafasan (Wahyudi, 2008). Serangga kemudian mati dan jamur Beauveria bassiana akan terus melanjutkan
pertumbuhan siklusnya dalam fase saprofitik. Setelah serangga inang mati, Beauveria bassiana akan mengeluarkan
antibiotik, yaitu Oosporein yang
menekan populasi bakteri dalam perut serangga inang. Dengan demikian, pada
akhirnya seluruh tubuh serangga inang akan penuh oleh propagul Beauveria bassiana Pada bagian lunak
dari tubuh serangga inang, jamur ini akan menembus keluar dan menampakkan
pertumbuhan hifa di bagian luar tubuh serangga inang yang biasa disebut “white bloom”. Pertumbuhan hifa eksternal
akan menghasilkan konidia yang bila telah masak akan disebarkan ke lingkungan
dan menginfeksi serangga sasaran baru (Wahyudi, 2008).
Menurut penelitian Broome et al. (1976) menyatakan bahwa 37% dari konidium Beauveria bassiana yang dicampurkan ke dalam
pakan semut api Selenopsis richteri,
dapat berkecambah di dalam saluran pencernaan inangnya dalam waktu 72 jam,
sedangkan hifanya mampu menembus dinding usus antara 60-72 jam. Kematian serangga dapat terjadi dalam waktu 7 hari setelah aplikasi. selain itu penelitian Plate (1976) juga menyatakan bahwa pada tempayak lalat yang terinfeksi Beauveria bassiana sering ditemukan secara berkelompok pada ujung-ujung
rerumputan.
Keefektifan Beauveria bassiana dalam menginfeksi serangga hama tergantung pada spesies atau
strain cendawan, dan kepekaan stadium serangga pada tingkat kelembaban
lingkungan, struktur tanah (untuk serangga dalam tanah), dan suhu yang tepat. Selain
itu, harus terjadi kontak antara spora Beauveria bassiana yang diterbangkan angin atau terbawa air dengan serangga inang
agar terjadi infeksi (Soetopo dan Indarayani, 2007).
WAAAH...Akhirnya kita berada pada ujung perjalanan kita
mengenai jamur entomopatogenik Beauveria bassiana ~
Pengetahuan kamu soal jamur bertambah looh... hihihi
Terimakasih atas kunjungannya, semoga ilmu yang
didapat bermanfaat
Penulis : Alfinda Pramesty (18308144036) Biologi E 2018.
DAFTAR PUSTAKA
Barnett.
1960. Ilustrated Genera Of Imperfecty
Fungi. Second Edition. Burgess Publishing Company. 241 hlm.
Brady,
B.L.K. 1979. Pathogenic Fungi and
Bacteria. England : Commonwealth Agricultural Bureaux.
Broome
JR, Sikorowski PP, Norment BR. 1976. A mechanism of pathogenicity of Beauveria
bassiana on larvae of the imported fire ant. Solenopsis richteri. Journal Invertebra Pathol. 28:87-91.
Clarkson,
J.M. and A.K. Charnley. 1996. New Insights in to The Mechanisms of Fungal
Pathogenesis in Insects. Trends in
Microbiol. 4(5) : 197-203.
Gandjar,
Indrawati & Wellyzar Syamsuridzal. 2006.
Mikologi dasar dan terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hughes,
S.J. 1971. Phycomycetes, basidiomycetes,
and ascomycetes as fungi imperfecti. In: taxonomy of fungi imperfecti (B.
Kendrick, ed.). Toronto : University
of Toronto Press. 7-36.
Plate,
J. 1976. Fungi,Biological Control: A
guide to natural enemies in North America. Cornel University.
Soetopo,
D dan I. Indrayani. 2007. Status teknologi dan prospek Beauveria bassiana untuk
pengendalian serangga hama tanaman perkebunan yang ramah lingkungan. Jurnal pertanian. Balai penelitian
tanaman tembakau dan serat. vol 6(1).
Utomo,
D., dan D. Pardede, 1990. Beauveria bassiana Parasit Pada Larva Penggerek
Batang Kakao Zeuzera coffee Nietn. Buletin
Perkebunan. Vol. 19 No.3 September 1988, Medan. Hal 3.
Wahyudi. 2008. Jamur patogen serangga sebagai bahan baku insektisida. pemanfaatan
mikroba dan parasitoid dalam agroindustri tanaman rempah dan obat. perkembangan
teknologi Tanaman Rempah dan Obat (XII): 21−28pp.
Penulis : Alfinda Pramesty (18308144036) Biologi E 2018.
Jamur ini memiliki antibiotik pada bakteri apa saja ? Apakah hanya pada serangga?
BalasHapusjamur Beauveria bassiana memiliki antibiotik yaitu Oosporein yang akan membunuh bakteri pada perut serangga, contoh : Wolbachia dan Bacillus thuringiensis. jamur Beauveria bassiana spesifik sebagai parasit pada serangga.
HapusWahhh....menarik bgt jamurnya...mau tanya nih : apakah jamur tsb bsa menginfeksi ke serangga hama tomcat?
BalasHapusBisa. namun perlu di perhatikan beberapa faktor yang mendukung infeksi jamur pada serangga yaitu kepekaan stadium serangga pada tingkat kelembaban lingkungan, suhu yang tepat, dan adanya kontak antara spora Beauveria bassiana yang diterbangkan angin atau terbawa air dengan serangga inang agar terjadi infeksi
HapusSelain beauveria bassiana ada jamur entomopatogen lagi nggak ?
BalasHapuswah ada banyak jamur entomopatogen lainnya. seperti Metarhizium anisopliae, Nomuraea rileyi, Paecilomyces fumosoroseus, Aspergillus parasiticus, dan Lecanicillium lecanii
HapusApa keunggulan penggunaan jamur ini dibandingkan pestisida? Makasih
BalasHapuspastinya jamur ini tidak mengandung senyawa kimia yang dapat merusak lingkungan, tidak seperti pestisida yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebankan kerusakan lingkungan dan keracunan tanah akibat bahan kimia. selain itu jamur Beauveria bassiana hanya spesifik membunuh serangga.
HapusWahh terimakasih kakk infonya jadi tau banyak :)
BalasHapusKak mau tanya, jadi semua genus Beauveria memang menguntungkan petani apa hanya untuk spesies ini saja?
Terimakasih kak
untuk saat ini baru spesies Beauveria bassiana yang telah diteliti sebagai insektisida alami
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusJamur ini kan bisa menghasilkan antibiotik, manfaatnya di bidang kesehatan apa aja ya?
BalasHapusTerimakasih
Beauveria bassiana akan mengeluarkan antibiotik, yaitu Oosporein yang menekan populasi bakteri dalam perut serangga inang. Dengan demikian, pada akhirnya seluruh tubuh serangga inang akan penuh oleh propagul Beauveria bassiana sehingga serangga inang akan mati. salah satu manfaat dibidang kesehatan yaitu, jamur Beauveria bassiana dapat menginfeksi nyamuk aedes aegypti dan anopheles sp sehingga dapat mengurangi resiko adanya penyakit DBD dan Malaria
Hapus