Sobat Bloger, apakah sebelumnya
kalian sudah pernah kah berjumpa dengan Jelly Cantik ini? Auricularia delicata namanya, dia termasuk jamur dalam Phylum
Basidiomycota, Kelas Basidiomycetes, Ordo Auriculariales, Famili
Auriculariaceae, dan Genus Auricularia (discoverlive.org).
Persebaran jamur ini
cukup luas meliputi daerah tropis dan subtropis seperti selatan seperti Cina
dan Brasil
(Xing et al, 2016: 26).
Auricularia delicata biasanya
tumbuh berkoloni, menempel di batang pohon yang sudah mati (Santosa et al.,
2013) atau sudah lapuk (Prasetya, 2016: 59). Pada bagian atasnya relativ halus
dan rata sedangkan bagian bawah jamur tidak beraturan polanya. Si Cantik ini
tidak berbatang. Bagian yang menarik dari Si Cantik ini adalah berdaging tebal
seperti kikil dan tekstur jamur ini
jelly, mirip kuping tidak beraturan, seperti rumput laut. Ketebalan
jamur antara 0,1-0,2 cm, dengan lebar jamur 0,5-6,5 cm (Prasetya, 2016: 59).
Jamur ini berwarna coklat tua pada bagian tepi dan berwarna coklat lebih pucat
pada bagian tengah. Tepi jamur bergelombang.
Fungi
menjadi dekomposer utama yang penting dalam ekosistem hutan (Prasetya, 2016:
62) yang memiliki berbagai macam cara hidup termasuk Auricularia delicata ini. Cara hidupnya adalah saprofit pada batang
yang telah lapuk. Auricularia delicata
merupakan salah satu makrofungi dengan struktur tubuh buah (fruit body)
yang sangat menarik sehingga perlu untuk dipelajari, baik struktur maupun
ekologinya, yang lebih menarik adalah jelly ini adalah makrofungi tergolong
edible atau bisa dimakan (Prasetya, 2016: 62). Jamur ini biasa dikonsumsi oleh masyarakat di beberapa wilayah di Asia tropis.
Kandungan nutrisi jamur Cantik ini yaitu terdiri kadar
air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu dan nilai energi sebesar 351 kal (Darma, 2002). Kandungan lemak di dalam jamur,
lebih dari 72% lemak dalam jamur ini termasuk unsaturated sehingga aman dan
sehat jika dimakan. Vitamin di dalam jamur ini sendiri terdiri atas thiamine (vit.
B-1), riboflavin (vit.
B-2), niasin, biotin, vitamin C, dan sebagainya (Darma, 2002). Sedangkan,
kandungan mineral jamur ini tersusun oleh K, P, Ca, Na, Mg, Cu, dan beberapa
elemen mikro lainnya. Kandungan serat di dalam jamur berkisar antara 7,4-27,6%
(Darma, 2002).
Auricularia delicata juga kaya akan serat makanan (Cheung 2013).
Sebagian besar karbohidrat dalam Auricularia delicata telah dilaporkan sebagai
polisakarida yang tidak dapat dicerna, seperti β-glukan dan mannans (Misaki
& Kakuta 1995, Mironczuk-Chodakowska et al. 2017). Spesies Auricularia delicata memiliki kandungan gula larut yang sangat rendah, yang tercermin dalam rasanya
(Mau et al. 1998). Selain itu, tidak seperti jamur lain yang dapat dimakan,
Auricularia delicata memiliki kandungan lemak rendah (Cheung
2013), dan 60% asam lemak Auricularia liar yang dipanen tidak jenuh (Kavishree
et al. 2008). Diet rendah lemak dengan kandungan asam lemak tak jenuh yang
tinggi direkomendasikan untuk orang dengan kolesterol darah tinggi, membuat
Auricularia delicata pilihan makanan yang ideal untuk mereka (Lichtenstein et al. 2006,
Chen et al. 2011)
Di Manipur India, Si Cantik
ini selain dimakan juga dimanfaatkan sebaga obat untuk penyakit gastrointestinal
dan hati. Hal itu dikarenakan pada tubuh
buahnya terdapat antioksidan, antimikroba, dan
hepatoprotektif (Wangkheirakpam, 2018:213).
Dalam sebuah
penelitian terbaru mendukung bukti pada nilai obat dari A. delicata. Itu ditemukan
untuk mengurangi lipid darah dan memiliki properti pembekuan darah yang jauh
lebih tinggi dari A. auricularjudae (Chen, 2004. Liang, 1998). Di dalam badan
buah Auricularia delicata juga
terdapat Tannase atau merupakan jenis enzim yang spesifik menghidrolisa asam tannin menjadi glukosa
dan asam gallat (Sulasiyah, 2018:17) yang berpotensi sebagai antioksidan di
dalam tubuh. Jadi dengan mengonsumsi Si jelly Cantik ini tentu saja kita akan
mendapat banyak manfaat darinya.
Karena rasanya yang enak, lebih Cruncy
daripada semua spesies pada genus yang sama, tentu saja menjadikan Auricularia delicata lebih digemari
masyarakat untuk dikonsumsi. Karena jumlahnya di alam tidak terlalu melimpah
maka Auricularia delicata diteliti
untuk kepentingan budidaya, dengan latar belakang banyaknya limbah hasil
gergaji batang pohon karet yang sulit terurai Wang Xing-Hong dkk menguji serbuk
gergaji kayu karet yang dijadikan sebagai formula utama bahan budidaya jamur Auricularia delicata. Serbuk gergaji,
bubuk jagung, dan kulit biji kapas adalah bahan yang umun digunakan dalam media
budidaya jamur. Mikronutrien dari
budidaya jamur lebih tinggi daripada mikronutrien yang didapat jamur di alam
liar sehingga jamur produktifitas pada budidaya jamur Auricularia delicata lebih tinggi. Jamur ini dapat tumbuh pada suhu
16ºC hingga 30℃ dan tumbuh optimal pada suhu 20ºC
hingga 28℃.
Hal ini menunjukkan bahwa Auricularia
delicata cocok di daerah tropis seperti Indonesia. Sumber karbon yang optimal, nitrogen anorganik dan organik sumber,
suhu kultur dan pH sedang untuk strain A. delicata sangat menentukan untuk
pertumbuhan miselia. Glukosa, fruktosa
dan galaktosa dianggap sebagai sumber C yang optimal untuk
Auricularia sp. Media yang dilengkapi
dengan sumber N organik (ekstrak daging sapi, ekstrak
pepton atau ragi) menginduksi pertumbuhan miselium yang lebih baik
daripada
yang dilengkapi dengan sumber N anorganik. Pada
skala industri kultur, hasil jamur rata-rata adalah 750 ±
60 g / kg substrat. Dampak positif lain budidaya ini juga
menghasilkan pupuk organik yang baik untuk memupuk tanaman.
Cara reproduksi vegetatif dari jamur Auricularia adalah dengan membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi
miselium. Sedangkan, reproduksi generatif jamur Auricularia adalah dengan menggunakan alat yang disebut basidium, basidium
berkumpul dalam badan yang disebut basidiokarp, yang selanjutnya menghasilkan
spora yang disebut basidiospora (Hastiono, 2004: 4).
Siklus hidup pada jamur ini hampir serupa dengan siklus
hidup pada jamur tiram dan shiitake yaitu tubuh buah yang sudah tua akan
menghasilkan spora yang berbentuk kecil, ringan, dan jumlahnya banyak. Apabila
spora tersebut jatuh pada kondisi dan tempat yang sesuai dengan persyaratan
hidupnya (misalnya di kayu mati atau bahan yang mengandung selulosa dan dalam
kondisi yang lembap) maka spora tersebut akan berkecambah dan membentuk
miselium melalui beberapa fase. Pada fase pertama, miselium primer yang tumbuh
akan terus menjadi banyak dan meluas. Selanjutnya akan berkembang menjadi
miselium sekunder yang membentuk primordial (penebalan miselium pada bagian
permukaan miselium sekunder dengan diameter sekitar 0.1 cm). Dari primordial
akan tumbuh dan terbentuk kuncup tubuh buah (pada tingkat awal) yang semakin
lama akan semakin membesar (kurang lebih 3-5 hari). Kemudian, dari primordial
akan tumbuh tubuh buah jamur yang bentuknya lebar, yang pada saat tua dapat
dipanen.
Referensi
Chen
Z., He J., Meng X. and Peng Y., 2004, The Determination of the Blood Clotting
Activity of 35 Macrofungus Ppecies, Tibet
Sci Technol, 6, 55-56.
Cheung
PCK. 2013 – Mini-review on edible mushrooms as source of dietary fiber:
Preparation and health benefits. Food Science and Human Wellness 2, 162–166.
Darma, I. G. K. T. 2002. Diktat: Budidaya Jamur Pangan. Laboratorium
Pathology Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB, Bogor. Hal 44-58.
Hastiono S. 2004. Hikmah Hidup Bersama Cendawan. J
Warta 14: 4.
Kavishree
S, Hemavathy J, Lokesh B, Shashirekha M et al. 2008 – Fat and fatty acids of
Indian edible mushrooms. Food Chemistry 106, 597–602.
Liang Z. and Xiong Z., The Effects of Auricularia delicata Polysaccharides on the Immumological Function
in Mice, J Yunnan Normal Univ, 18,
88-91 (1998).
Lichtenstein
AH, Appel LJ, Brands M, Carnethon M et al. 2006 – Diet and lifestyle
recommendations revision 2006. Circulation 114, 82–96Mau JL, Wu KT, Wu YH, Lin
YP. 1998 – Nonvolatile taste components of ear mushrooms. Journal of
Agricultural and Food Chemistry 46, 4583–4586.
Misaki
A, Kakuta M. 1995 – Kikurage (Tree-ear) and Shirokikurage (white Jelly-leaf):
Auricularia auricula and Tremella fuciformis. Food Reviews International 11,
211–218
Prasetya,
Dwiki dkk. 2016. Ensiklopedia Makrofungi
Turgo. TIM PKM Ekslorasi Keanekaragaman Makrofungi Edible dan Non-Edible
Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Santosa,
B. A., et.al. "Characteristics of extrudate from four varieties of corn
with aquadest addition." Indonesian Journal of Agriculture 1.2 (): 85-94
Sulasiyah, dkk. 2018. Antioxidant
from Turmeric Fermentation Products (Curcuma longa) by Aspergillus Oryzae. Biochemistry
Laboratory, Chemistry Department, Faculty of Sciences and Mathematics,
Diponegoro University, Jalan Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of
Scientific and Applied Chemistry. 21 (1) (2018) : 13 – 18
Wangkheirakpam,
S.D., Joshi,. D.D., Leshangthem, G. D., Biswas D, Deb L. 2018. Hepatoprotective
Effect of Aurcularia delicate (Agaromycetes) from India in Rats: Biochemical
and Hispathological Studies and Antimicrobial Activity. Int J Med Mushrooms.
Vol 20 (3): 213-225.
Sumber gambar
discoverlive.org
Terimakasih
telah membaca, semoga bermanfaat…
Salam
Sobat Blogger
Waryati_BiologiB2018_18308141009
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusWah menarik sekali, seperti apakah syarat substrat yang dibutuhkan dalam budidaya jamur ini ya min ?
BalasHapusCendawan dari genus yang sama ada yg beracun gak?
BalasHapusassallamuallaikum. mau nanya dong min, di artikel jamur ini menempel di batang pohon yang sudah mati atau sudah lapuk, untuk hubungan penempelan substrat dan tempat habitat yang tersebar dengan morfologi jamur seperti jelly, apakah ada hubungan nya min.? terima kasih :)
BalasHapus